Friday, January 30, 2015

Retha

Entah yang ini apa namanya. Mungkin Cerpen kali yah.. Apapun itu.. semoga kalian suka bacanya!


Aku memandang ke sekelilingku.
"Hufhh.. telat mulu.." gumamku.
Kupandangi jam tangan. Sepertinya.. Laju jam ini tak ingin berhenti.
"Hoaammpphhh......"
Entah berapa banyak busway yang sudah lewat begitu saja.
"Kenapa sih tiap bikin janji susah banget buat kamu nepatinnya..."
Gumamku lirih sambil memandang jalan yang kebetulan saat itu sudah tidak lagi terlalu dipenuhi kendaraan.

Lamunanku buyar ketika sebuah tepukan dipundak mengagetkanku
"Sori banget yaahh,, soriiiii.."
Wajah danu membungkuk menatapku dengan penuh perasaan bersalah.
Nafasnya tidak beraturan. Sepertinya dia berlari-lari tadi.
Aku diam saja tidak memberikan respon apa-apa.
Danu kemudian duduk disebelahku.
"Maafin aku napa.." Ucapnya sambil menyeka keringatnya dengan lengan bajunya. Sekalipun mandi keringat tapi badannya tetap saja wangi.

Danu merupakan teman baikku. Aku baru mengenalnya Kurang lebih 1 Tahun. Tapi rasanya Seperti sudah mengenal dia sangat lama. Orangnya menyenangkan.
Humoris, sabar, dan nyaris tidak pernah ku dengar kata-kata keluhan keluar dari mulutnya, saat sesuatu hal yang tidak dia inginkan terjadi. Tapi satu yang paling tidak ku suka darinya, orangnya tidak pernah on time.
Hobinya ngaret. tapi dia selalu diam setiap kali aku marah-marah. Dia memang teman yang sabar. Yaaaa.. Walaupun tukang telat.

"Perasaan rumah kamu ke halte ini jaraknya bisa kamu tempuh sambil guling-guling deh. Tapi kenapa bisa telat sampe 2 jam???? Kamu pikir enak nungguin sendirian disini??? Daritadi semua orang aneh ngeliat aku! Udah berapa kali busway lewat tapi aku ga naik-naik. Terus kenapa kamu ga angkat telpon aku??? Kenapa ga bales sms aku??!!"

Danu yang dari tadi diam menunduk mendengarkan aku marah-marah tiba-tiba terkejut.
"Yaah ampuuuuunnnn... hape aku ketinggalan dirumah lagi. Beneran deh ta.. Aku tadi bangun kesiangan. Begitu aku bangun aku langsung liat jam. Terus ke ingetan janji aku sama kamu. Aku langsung mandi ga pake liat hape lagi, terus kesini.. Udah doong.. Jangan marah-marah lagi.. Yaahhh.... Pliis.."

"Wajah danu betul-betul manis saat-saat seperti ini. hihihi.. tapi kasian juga siih.. maafin ga yah... maafin ajah deh.." Ujarku dalam hati.

"Kenapa bisa bangun kesiangan? Begadang?" Jawabku dengan suara mulai melembut. Sambil tetap memasang ekspresi kesal.
"Ga kok.. Semalem aku demam.. terus aku minum obat.. aku ga mau sakit trus ga jadi pergi sama kamu hari ini. Pas aku minum satu obatnya ga mempan. Aku minum satu lagi. Eehh.. Efeknya malah aku bangun kesiangan.." Danu menjelaskan dengan tetap memasang wajah bersalahnya.

Hatiku mulai merasa iba. "Duh.. Kasian.. Padahal dia udah berusaha keras biar tetap jadi pergi sama aku hari ini.. Sekalipun jadi telat tapi kan dia udah berusaha."

"Terus gimana keadaan kamu sekarang?? Masih sakit??" Ujarku mulai khawatir
"Weiiisss.. Udah sehat doonngg.." Danu berucap sambil tersenyum lebar. wajahnya sudah seperti  anak kecil yang telah terbebas dari kemarahan ibunya. "Huff.. Dasar danu.." Ucapku dalam hati.

Busway pun datang. Kami masuk dan duduk. Kebetulan keadaannya tidak terlalu penuh.
Danu memilih bangku dideretan belakang. Setiap kali naik busway, dia pasti lebih memilih duduk dideretan itu. Padahal aku kurang begitu senang duduk disana. karena jika pintu bis terbuka maka udara panas akan sangat menyengat karena didalam bis udaranya dingin.

"Rencananya mau ngasih kado apa buat dia?" Danu membuka pembicaraan sambil wajahnya menatap lurus kedepan. Rencananya hari ini aku ingin mencari hadiah untuk kevin.  Karena sebentar lagi dia ulang tahun. Dan aku ingin sekali memberikan sesuatu untuknya. Maka dari itu hari ini aku meminta Danu untuk menemaniku. Berhubung Danu laki-laki dia pasti tahu hadiah apa yang tepat untuk aku berikan pada Kevin.

"Menurut kamu aku bagusnya kasih apa yah??" Aku balik bertanya.
"Hmmm... Dia suka olah raga?"
"Banget !"
"Apa?"
"Futsal."
"Yaudah.. Kasih sepatu futsal ajah.."
"Iya juga yaah.. hehe.. Eh tapi ! Aku kan ga tau kakinya ukuran berapa? Kalo nanya sama dia nanti ketauan aku mau kasih sepatu kedia.."
"Hahahaha.." Danu tertawa mengejek.
"Kok ketawa!!" Ucapku sambil melotot.
Danu mendekatkan wajahnya padaku.
"Kenapa siih???" Aku mulai bingung.
"Ckckck.." Danu berdecak sambil menggelengkan kepala.
"Eh. Kamu tuh kalo ditanya jawab donk! Kenapa ketawa???" Aku mulai kesal

"Hhmmmm.... Boro-boro tau kakinya ukuran berapa.. Mukanya ajah kamu ga pernah liat.." Ujar danu sambil bangkit berdiri dan menggenggam tanganku.

Sayang sekali kami harus transit melalui halte busway yang lain. Aku terpaksa menghentikan sejenak pembicaraan kami. Tidak mungkin membahas hal ini sambil berjalan.

"Apa sih yang kamu harepin dari dia?" Danu kembali membuka pembicaraan ketika kami sudah duduk di busway berikutnya.

"Ya sama kaya orang pacaran pada umumnya lah.. Aku pengen hubungan aku sama dia baik-baik ajah, ga berakhir menyedihkan.. Kalo Tuhan ijinin sampe nikah.. Sampe aku jadi ibu dari anak-anaknya dia.. Sampe kakek nenek.. Sampai maut yang misahin.. Berlebihan sih kedengarannya.. Tapi emang itu yang aku rasain.." Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.

Wajah danu menatap kosong ke depan. Segurat senyum kecil terukir di wajahnya. Kemudian tangannya menggenggam tanganku. Aku tidak menolak karena memang sudah biasa. Setiap kali menyebrang. Naik turun kendaraan. Danu memang teman yang perhatian. Danu lebih memilih naik angkutan umum ketimbang harus naik motornya. Aneh. Tiap kali pergi denganku dia tidak ingin menggunakan motornya. Padahal setiap hari saat berangkat kerja dia selalu membawa motor. Aku sendiri pernah menanyakan hal ini, tapi dia tidak memberikan jawaban apa-apa.

Tapi.. Jujur saja, ada yang lain dari genggaman tangannya kali ini.. Dan aku sendiripun tidak mengerti kenapa.

"Kenapa harus dia? Disekeliling kamu pasti adalah cowok yang suka sama kamu.. Sayang sama kamu.. Bisa jagain kamu.. Tapi kenapa harus dia? Padahal kamu ga tau dia kaya gimana. Anaknya siapa. Dia ngakunya kuliah tapi kamu juga ga tau kebenarannya. Waktu aku buka fb kamu. Aku liat profilnya. Semua foto dia isinya jalan-jalan. Ga ada tuh yang nandain dia dikampus. Gimana kalo dia ga kuliah? Atau jangan-jangan tamat SMA atau SMP ajah ga! Keluarganya siapa? Orang tuanya? Kakanya? Adiknya?" Danu menghujaniku pertanyaan yang tidak pernah aku sangka.
"Kasihlah kesempatan buat orang yang bener-bener nyata yang sayang sama kamu. Yang kamu sendiri udah tau orangnya kaya gimana. Seenggaknya ada bukti kalo dia nyata. Kevin??"

Mukaku terasa panas. Kenapa danu harus membahas hal yang sangat tidak penting seperti ini. Disini.

"Karena dia ada saat aku jatuh. Saat aku kecewa. Saat aku ngerasa udah ga ada lagi kesempatan buat aku bahagia karena cinta!!!" Suaraku memecah keheningan busway. Beruntung saat itu kebanyakan orang-orang sibuk dengan headset mereka. Dan saat itu lagu Irreplaceable yang dipopulerkan oleh Beyonce sedang diputar memenuhi setiap celah ruang dalam bis.

"Aku pernah punya cinta yang nyata.. Pernah ngegantungin harapan sama orang yang nyata. Tapi apa faktanya???? Cuma sampah yang dia kasih ke aku!!! Dan kevin hadir.. Saat semuanya aku rasa ga mungkin lagi buat diperbaiki.. Aku nyaman waktu smsn atau teleponan sama dia. Aku ngerasa ada yang hilang setiap kali ga denger kabarnya dia. Salah kalo aku sebut itu cinta???" Kali ini aku bicara sambil berurai airmata. Danu kembali mengorek luka lama yang telah ku lupakan.

Danu menarik ku keluar bis saat pintu bis terbuka. Mata ku melihat kesekeliling. ini bukan halte tujuan kami. Tapi danu masih menarik tanganku. Keluar halte, menyusuri trotoar, melewati lampu merah. Wajahnya sama sekali tidak melihat ke arahku yang susah payah mengikuti laju kakinya sambil sesekali menyeka airmataku.

Langkahnya terhenti disebuah jembatan penyebrangan yang saat itu kondisi cukup sepi. Tubuhku disandarkan pada pinggiran jembatan dan Danu berdiri dihadapanku. Wajahnya menatapku kesal. Aku jadi bingung sebenarnya apa yang ada difikirannya.

"Sampe kapan sih mau cengeng terus???? Sampe kapan kamu mau nangis ga liat-liat tempat saat kenangan masa lalu itu hadir difikiran kamu??? Sampe kapan kamu mau ngenang luka dimasa lalu kamu??? Apa dia mikirin kamu??? Apa dia perduli sama kamu???? ga kan???! Dia yang selalu buat kamu netesin airmata itu sekarang lagi ketawa bahagia... Bangun ta.. Dia bukan akhir dari segalanya."
Wajah Danu mulai melembut.

"Makanya aku mulai itu dari kevin.." Jawabku masih terisak.

"Aarrrggh.. Aku ga ngerti sama jalan pikiran kamu,, Percaya sama orang yang ga kamu kenal."
"Aku kenal dia. Aku tau namanya. Dia kuliah dimana. Jurusan apa. Aku tau itu semua.!" Jawabku disela-sela isak tangisku.
"Itu yang kamu sebut kenal?? Ta.. Yang nyata ajah masih bisa nyakitin kamu... Apalagi yang ga.. Gimana klo ternyata dia udah nikah?? hah??" Danu menjawab penuh emosi. "Aku cuma ga mau kamu disakitin lagi.. Cuma itu,,"

Tiba-tiba tangis ku memecah. Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Disatu sisi aku percaya kevin. Tapi disisi lain danu juga benar. Bukan cuma danu, tapi teman-temanku yang lain.....

Airmataku tak mau berhenti. Isak tangis yang tertahan memenuhi rongga dadaku. Rasanya sakit dan sesak.. Ya TUHAN.. Apa yang harus aku lakukan...

Tanpa ku duga, danu memeluk tubuhku. Sangat erat. Sampai aku mulai merasakan sakit dibagian tulangku. "Aku cinta sama kamu ta.." Danu berbisik pelan ketelingaku. Sangat pelan, tapi aku dapat mendengarnya dengan jelas.

Aku mendorong tubuh danu perlahan. Pelukan danu pun terlepas. Airmata danu menggenang dimatanya.

"Aku sayang banget sama kamu.. Kamu pernah tanyakan, kenapa aku ga pernah mau naik motor setiap kali ngajak kamu jalan. Itu karena aku ga mau kamu kenapa-kenapa.. Aku ga mau ada hal buruk terjadi sama kamu.. 3 tahun yang lalu. Perempuan yang aku cinta meninggal dalam kecelakaan motor. Dan itu karena aku, karena aku yang ngebut... Karena aku emosi. Karena kami lagi berantem. Semenjak itu hati aku tertutup. Aku nyaman sama kesendirianku. Sampai akhirnya kamu hadir dan merusak semuanya. merusak kesendirianku... Kamu bikin aku bergantung sama kamu. Omelan kamu.. Ketawa kamu.. Senyum dan semua yang ada sama kamu udah kaya drugs buat aku..." Danu mengatakan itu semua dengan wajahnya yang lembut. Dia mengatakan hal yang tidak pernah aku fikirkan.
"Kedengarannya pasti konyol. satu tahun tapi semua yang aku punya udah kamu rampas.
Ketenangan, kesendirian, keangkuhan, semua yang udah aku pertahanin kamu rampas begitu ajah. Salah aku juga sih.. Ga lebih dulu jadiin kamu milik aku.. Sebelum akhirnya kamu minta kejelasan sama kevin tentang hubungan kalian."

Danu berjongkok didepanku yang masih berdiri kaku tidak percaya mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Wajahnya terbenam dikedua belah tangannya yang merangkul erat kedua kakinya yang terlipat. Aku menghampiri danu. Ikut berjongkok disampingnya dengan posisi menghadap dia. Tidak bisa berbuat apa-apa. sampai akhirnya kedua tangan ku memeluk dia.

"Jangan peluk aku karena rasa kasian. Aku ga kaya kamu. yang cengeng. Aku cowok, dan patah hati itu biasa." ucap danu lirih. sambil tetap dalam posisinya.

Aku melepaskan pelukan dari tubuhnya. dan sekarang duduk disampingnya dengan kaki lurus kedepan.

"Faktanya kamu nangis karena cintakan? Yang aku tau.. Orang yang selau berusaha mati-matian keliatan tegar.. Sebenarnya dia manusia rapuh..." Aku berbicara tanpa menatap danu.
Danu mengangkat kepalanya yang tertunduk kemudian menatapku sampai akhirnya memelukku.
Aku membelai kepalanya lembut.. Danu tidak bersalah..

"Maafin aku karena udah berani-beraninya jatuh cinta sama kamu.." Ujar danu lirih.
"Yang namanya mencintai atau dicintai itu bukan kesalahan.. Yang terpenting gimana cara kamu mencintai.. Makasih buat rasanya.. Buat rasa sayang kamu... Buat semua yang udah kamu kasih ke aku.. Tapi maaf.. Aku ga bisa.. Hati aku udah punya kevin.. Sampai detik ini dihati aku, kamu cuma sahabat,, ga lebih... seperti apapun kevin nantinya. itu pilihan aku.. jadi plis.. hargai dia..."

Monday, January 26, 2015

Tidak ada yang kebetulan

Penuh. lagi bener-bener ngerasa penuh nih kepala dengan berbagai macam kata-kata. Cuma bingung mau nulis yang mana. andai saya bisa sihir. Pasti seru deh, tinggal ungkapin ajah yang mau ditulis daan.. jadi deh cerita. Wake up mon!! Mimpi ga akan pernah terwujud kalau kamu tetap tidur.

Saya mulai cerita kali ini dengan obrolan ringan saya dengan papa.

23 mei 2011 

Malam itu seperti biasa sehabis menyelesaikan makan malam kami (yang kebetulan ada papa) aku dan papa duduk didepan teras rumah kami. Hal ini biasa kami lakukan bersama sekedar untuk ngobrol, curhat, dan bercanda. Mengingat papa jarang sekali ada dirumah karena tuntutan pekerjaannya.

Tiba-tiba anak tetangga depan rumah kami keluar dalam keadaan wajahnya kotor berlumuran kecap. Dia berlari-lari menghindari ibunya yang berusaha menangkapnya. Mungkin nama yang tepat untuk anak itu Rafi. oke. kita sebut saja dia Rafi. setuju? (harus)

Rafi merupakan seorang anak yang mengalami keterbelakangan mental. fisiknya pun kurang sempurna. Tidak jarang dia masuk kerumah kami secara tiba-tiba, (kebetulan kami jarang mengunci pagar rumah) mengambil barang dan melemparnya. Terkadang aku merasa sikapnya begitu mengganggu. Tapi mama selalu bilang. "Sabar.. dia ga tau apa yang dia lakuin.." Paling-paling aku cuma menghela nafas dan menyuruh Rafi untuk pulang.

Papa tersenyum melihat sikap Rafi yang merengek ketika ibunya berhasil menangkap dia dan membawanya pulang.

"Pa.. Kadang aku kasian deh sama Rafi."
"Kasian kenapa?
"Ya.. kasian ajah. mental sama fisiknya terganggu. Kadang suka mikir. Kenapa Tuhan tega banget ngebiarin orang kaya Rafi lahir dengan kondisi kaya gitu." Aku berucap lirih. 

Bukan hanya Rafi. Banyak orang diluar sana yang mengalami nasib tidak berbeda jauh dengan Rafi atau bahkan lebih buruk. Kenapa harus seperti itu..

"Karena Tuhan punya tujuan.." Ucap papa sambil mengusap kepalaku

"Apa tujuannya? Menyiksa? Atau itu merupakan buah dari perbuatan yang mungkin dilakukan orang terdekat dia?" Aku bertanya masih dengan perasaan bingung.

"Kalo itu rahasia Tuhan boru.. (ini panggilan khas papa. Maklum, kami orang batak) Yang perlu kamu tau adalah setiap manusia yang Tuhan ciptakan pasti punya tujuan. Ga ada yang diciptakan karna kebetulan."

Aku masih menatap bingung. ga ngerti. ga paham. bukannya lebih indah dan ga ada yang tersakiti kalau semua tercipta dalam keadaan baik. Sepertinya papa mengerti apa yang ada dalam pikiranku.

"Hehe.. bingung yah?" Papa berusaha menebak. Aku hanya mengangguk

"Gini.." Papa membetulkan posisi duduknya
"Dengan adanya orang-orang seperti Rafi makanya kamu bisa bilang fisik yang lengkap itu baik. Dengan adanya sakit, makanya kamu tau kalo sehat itu penting. Dengan adanya tangis kesedihan kamu tau klo kebahagiaan itu menyenangkan . Dengan adanya perpisahan kamu tau klo kebersamaan itu berharga. Rafi bisa jadi pelajaran berharga buat kita untuk bersyukur."

That's the point! Bersyukur. Orang-orang seperti Rafi yang bisa membuat kita bersyukur. Orang-orang seperti mereka yang bisa membuat kita menghargai diri kita. Menyadari bahwa kita Berharga. Rafi juga.

Mereka adalah pelajaran berharga yang dikirim Tuhan secara gratis. Dan kita adalah penolong yang Tuhan kirimkan bagi mereka yang memerlukan. Percayalah. seperti apapun kita terlahir Tuhan pasti juga menciptakan orang lain yang membutuhkan kita. Begitu juga sebaliknya. Jadi tidak ada yang lebih baik atau buruk. yang ada saling membutuhkan. Saya, kalian, kita semua saling membutuhkan. 

Give of your hands to serve and your hearts to love  -Mother Teresa-

Sunday, January 25, 2015

Malaikat tanpa sayap

Malam itu.. Aku lupa tepatnya tanggal berapa. Aku duduk bersama papa diteras rumah.  Sudah hampir setengah jam kami duduk bersama. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kami masing-masing. Tidak ada candaan khas papa yang selalu mampu membuat aku tertawa.

Wajar saja.. Beberapa waktu lalu kami baru saja mengalami perdebatan hebat. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, Aku berani membentak dan memelototi papa demi membela seseorang. Dan kalian tahu? Perasaan menyesal itu tidak pernah bisa pergi dari fikiranku. Sampai saat ini.

Perdebatan kami terjadi karena saat itu aku sedang menjalin hubungan spesial dengan seorang teman pria. Kita bisa menyebut dia danil. Dia satu gereja denganku. Dan papa tidak menyukainya. Aku merasa kesal. Papa terlalu ikut campur. Mulai dari kuliahku, melarang hobiku menulis, dan sekarang melarang aku berpacaran. Padahal saat itu usiaku sudah menginjak angka 20. Aku bukan anak kecil lagi papa...

Alasannya tidak masuk akal. Masa hanya karena dia berpakaian kurang rapih. Papa suka laki-laki yang berpakaian rapih. Berpenampilan sopan. Pergi kegereja dengan kemeja, celana bahan, dan sepatu pantofel. Buatku itu sangat kaku. Papa benar-benar tidak menyukainya. Kami berdebat, aku berkata kasar padanya.

"Kaka ga mau diatur-atur kaya anak kecil! Lebih baik papa menjauh deh! Aku sudah dewasa, bukan anak-anak lagi. Jadi berhenti ikut campur urusan kaka!"

Papa diam, hening, tidak berkata apa-apa kemudian masuk kekamar meninggalkan aku. Aku tidak perduli sama sekali. Aku malah pergi dengan danil. Sama sekali tidak memperdulikan perasaan papa. Tepatnya, berpura-pura tidak perduli..

Kami sama sekali tidak bertegur sapa. Mama berusaha membujukku untuk meminta maaf, tapi aku tidak mau. Aku masih merasa kesal. Sampai akhirnya suatu ketika saat aku bermain dengan teman-temanku yang kebetulan juga teman-teman danil. Tanpa aku duga danil datang bersama seorang perempuan. Dan yang lebih sakitnya, dia mengenalkan perempuan itu sebagai pacar barunya. 

Kami memang sempat bertengkar, aku merasa ada perubahan dengannya. Kami bertengkar. Saat membawa motor dalam keadaan emosi aku menabrak sebuah mobil. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, yang pasti saat terbangun aku sudah berada dirumah sakit dengan kondisi beberapa luka ditubuh dan wajahku. Danil berada disampingku. Dia meminta maaf dan aku memaafkannya. 

Setelah itu dia dan temannya mengantarku pulang. Seminggu setelah kejadian itu dia sulit dihubungi. Bahkan untuk bertanya tentang kabarku pun tidak.

Tidak ada kata putus. Tapi dia membawa perempuan lain sebagai pacar. Dunia serasa mau runtuh. Aku pulang dalam keadaan perasaan yang kacau. Orang yang mati-matian aku bela malah berbalik dan meludahi wajahku. Yang teringat olehku adalah wajah papa. Wajah orang yang begitu menyayangiku tanpa syarat. Wajah orang yang telah aku lukai.

Setibanya dirumah, aku mencari papa. Dia sedang diruang tamu mengerjakan pekerjaannya. Aku berlutut dan meminta ampun. Aku betul-betul tidak mampu menahan tangisku. Papa terkejut dan memelukku. Dia begitu panik menanyakan apa yang terjadi.

"Papa benar... Dia bukan orang baik. Dia jahat.. dia jahaatt.. Maafin kaka pa.. kaka rela ngelakuin apa ajah asal papa mau maafin kaka.." aku meminta maaf kepada papa disela-sela tangisku.

Papa mengusap dan mencium kepalaku. "Sudah..sudah.. mandi sana. Terus makan. Abis itu istirahat. Kamu cuma perlu berdoa dan tidur.. semua pasti baik-baik ajah. Percaya sama papa.."
Aku mengangguk dan melakukan semua yang papa perintahkan.

Paginya ketika aku bangun dan mencari papa. Papa tidak ada. Mama bilang, Penerbangan pertama tadi papa berangkat kekalimantan. Papa memang jarang ada dirumah.

Papa menitip pesan pada mama agar aku rajin makan dan minum vitaminku. Papa tidak ingin sepulangnya dia dari tugas melihat aku sakit. Dua minggu berlalu akhirnya papa kembali. Tanpa membuang-buang waktu, malamnya aku memutuskan untuk membahas masalah kami. Masih kikuk rasanya. Tapi tetap saja ku coba menghampiri dia yang sedang duduk diteras.

"Pa.. apakabar? Ga bawa oleh-oleh buat aku?" aku mencoba membuka pembicaraan setelah hampir setengah jam kami saling diam.

"Ada. Tanya sama mama sana." Papa menjawab sambil tetap membaca bukunya.
Hatiku teriris rasanya melihat respon papa yang begitu dingin. Tapi aku tidak mau menyerah. Aku terus berusaha menanyakan apapun yang ingin aku tanyakan. Tapi respon papa tetap dingin. Sampai aku bertanya sesuatu yang membuat papa menatapku cukup lama.

"Pa.. kenapa sih papa selalu ngelarang aku ngelakuin apa yang aku suka? ngelarang aku pacaran sama danil. Emangnya kenapa sih pa? Papa pernah ketemu sama dia lagi jalan sama cewe lain?" Aku bertanya dengan penuh rasa penasaran.

Papa menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

"Sampai kapanpun kamu tetap jadi gadis kecil papa. Ga akan berubah. Suatu hari nanti akan datang laki-laki yang akan mengambil kamu dan membawa kamu untuk menjalani sebagian besar hidup kamu bareng dia. Papa membesarkan kamu dengan segala yang papa punya. Waktu, perasaan, kasih sayang, harga diri. Pokoknya semualah. Jadi papa harus pastikan gadis kecil papa, papa serahkan ketangan pria yang tepat... Kamu ga akan tau seperti apa sakitnya hati menahan perasaan khawatir terhadap anak sampai kamu sendiri yang menjadi orang tua.."

Aku merasa tertampar mendengar ucapan papa. Butiran airmata jatuh membasahi pipiku. Papa mungkin tidak menangis. Tapi aku dapat melihat. Airmata menggenang dikedua matanya yang sayu dan lelah.

Aku memeluknya..
"Aku sayang papa.. maafin aku.." aku tidak dapat melanjutkan kata-kataku. Isak tangisku membuat dadaku terasa sesak.

Papa mengusap dan mencium lembut kepalaku.
"Papa udah maafin sebelum kamu minta. Jangan diulangi yah.. sakit banget ngeliat kamu bentak dan melototin papa kaya gitu." Ucap papa lirih. Aku mengangguk pasti.

"Mulai sekarang.. siapapun orangnya. Dia harus dapet ijin papa dulu baru aku pertahanin.." Aku berucap sambil tersenyum pada papa. Papa memegang kedua pipiku. "Jangan nangis lagi dong sayang papa.." aku tersenyum dan kembali memeluknya.

Sekalipun keadaan kami sudah kembali seperti sediakala. Aku tetap selalu merasa bersalah. Melihat dia semakin menua dan terkadang sakit menghinggapi tubuhnya itu merupakan hal menyakitkan. Seandainya waktu bisa diputar ulang. Aku tidak mau menyakitinya. Tapi itu tidak mungkin. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah melakukan yang terbaik untuknya.

Pa.. aku sayang papa.. Tetap sehat yah..
Ada rindu yang luar biasa disini untukmu..



Monday, January 19, 2015

Kamu

Pekat malam tak lagi batasi anganku tentang kamu
Kamu meraja disudut sini
Dalam lamunan yang melambung seperti sebuah cerita..


Anganku merenda..
Kamu masih jadi yang utama


Bahkan birunya langit
Atau indahnya pelangi yang hadir
Saat hujan berhenti menyapa bumipun
Tidak dapat mengalahkanmu..


Aku berayun dalam kisah yang pilu
Disini ada kamu tapi hanya aku yang berkata-kata tentang cinta
Benar-benar tidak ada kita didalamnya..


Semuanya sendu tapi tetap saja..
Kamu masih jadi yang utama


Bila pagi datang menyapa
Mungkin mentari disudut jendela mampu membangunkanku
Tapi mengapa disini masih saja kelam
Disudut ini.. tempatmu meraja..


Tapi percuma saja merasa terluka
Karena lagi-lagi
Kamu masih jadi yang utama..

Friday, January 16, 2015

Lili..

Hari ini seperti biasa ada seorang teman mendatangi aku dan bercerita. Dia merasa seseorang sudah mengecewakan dia.  Aku termaksud orang yang senang mendengarkan orang lain bercerita. Dan buat aku ini moment yang luar biasa. Karena bagiku, ga semua pengalaman harus aku alamin sendiri dan aku bisa belajar dari mereka semua. Melalui cerita, tawa, dan bahkan dengan airmata mereka. 
Aku sendiri juga ga terlalu paham kenapa mereka mau membagi masalah mereka ke aku padahal aku sendiri cuma bisa dengerin. Sesekali ikut tertawa dan menangis saat mereka membagi sebagian kecil perjalanan hidup mereka ke aku. Tanpa ada saran berarti yang bisa aku bagi.

oke. kita back to topic yah..

Mungkin kita bisa menyebut nama teman aku ini Lili.

Lili seorang gadis manis yang.. yang seperti apa yah? aku sendiri juga kurang paham sama karakternya. Yang pasti dia baik, tertawa saat orang lain tertawa, menangis saat orang lain menagis, Dia bisa begitu bahagia atas kebahagian orang lain dan bisa begitu bersedih atas kemalangan yang menimpa orang lain. Dia tulus, dan aku bisa rasain itu.


Kami berteman baru. yahh.. sekitar satu tahun empat bulan. Dan selama aku kenal dia, aku selalu melihat bahwa dia begitu rapuh, begitu perlu dilindungi, hatinya begitu lembut. Dia begitu menjaga perasaan orang lain sampai dia lupa bahwa disaat yang bersamaan hatinya juga terluka. 


Pertemanan kami berjalan dengan baik. walau sesekali kami berdebat untuk hal sepele tapi lagi-lagi dia selalu mengalah, Padahal aku mau dia belajar untuk bisa mengatakan apa yang ingin dia katakan. dia perlu marah saat memang harus marah. Tapi lagi-lagi kata andalan dia "ga enak gue.." itu keluar dari mulutnya. oh Liliii.. mau sampai kapan?? hufh..


Sejak pertama kali bertemu aku merasa ada yang aneh, ada yang belum dia ceritain dan aku yakin itu hal serius. sampai suatu malam kami sepakat untuk sekedar makan bersama. berawal dari obrolan sederhana sampai akhirnya aku tau sesuatu. Dia sakit, sakit serius.. Dia ga mau ada orang lain yang tau. Dia memendam itu sendiri. Aku cuma bisa menangis mendengar ceritanya. 


"Iya.. gue sakit.. tapi gue masih bisa seperti kalian yang sehat. Gue ga mau diperlakuin kaya orang sakit. Gue bisa kerja, gue bisa nonton, gue bisa main kepantai, gue bisa ngelakuin apa yang orang sehat lakuin. Gue ga mau dibilang sakit. Gue ga mau dikasihanin. Dan gue cerita sama lu bukan karena mau dikasihanin... Tapi supaya lu tau keadaan gue. Jadi klo suatu hari nanti sakit gue kambuh lu tau harus ngapain." Dia membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa jenis obat. "Yang ini untuk jantung gue, yang ini klo gue sesak.. Lu jangan nangis.. gue ga kanapa-kenapa kok. gue cuma pengen lu tau. gue ga pernah sedih atau nyalahin keadaan gue. Gue cuma pengen bikin orang lain bahagia saat ada didekat gue."


Mana mungkin aku ga nangis. Dikondisi dia yang seperti itu dia masih mikirin orang lain. c'mon lili.. kenapa harus ngorbanin perasaan sendiri sih cuma supaya bisa ngeliat orang lain bahagia.


Tapi karena dia aku belajar satu hal. BERSYUKUR. satu kata yang terkadang sulit banget aku lakuin. Ini bukan tentang terlahir sebagai siapa dan bagaimana kita. Tapi akan menjadi seperti apa kita. Ini bukan tentang berapa lama kita hidup. Tapi tentang bagaimana kita menjalani hidup. Tuhan punya Tujuan untuk setiap nafas yang terhembus. Tidak ada yang sia- sia. Kita diciptakan spesial satu sama lain. Aku yakin selalu ada maksud terselip dari setiap pertemuan, termaksud pertemuan kita Lili..


Semoga kita bisa selalu jadi teman baik...


Wednesday, January 14, 2015

This is my first blog post

Sebenernya ga tau mau nulis apa. Tapi tulis ajah deh.

Awalnya aku bikin blog ini karena ada temen yang nyaranin. Pas dia tau kalo aku punya hobi nulis tapi gak diijinin bokap. Biasalah kaya cerita-cerita di film gitu, bokap agak kaku. Dulu waktu kuliah aku mau masuk sastra ajah ga boleh, didaftarinnya malah keakuntansi padahal aku ga suka  ngitung. Kebayangkan yaaah... ga suka ngitung dimasukin kejurusan itu. Aku berasa jadi gadis polos tak bercela yang tersesat dalam jurusan itu (muka telenovela). Tapi seperti yang kebanyakan orang bilang hidup harus terus berjalan. Jadilah aku seorang sarjana yang lulus dengan bersimbahkan airmata dan pengorbanan -_-
Balik lagi keawal ajalah yah. kalo dilanjutin cerita ini perih soalnya :'(

Oke.Jadi niat aku bikin blog ini untuk sekedar nuangin isi kepala aku melalui tulisan. Kadang kalo lagi mandi,makan,tidur,pu*, suka keganggu ajah,banyak kata-kata yang muter dikepala aku cuma aku ga mau ngikutin. yaaaa.. Sekedar kaya ga mau ngebiarin keinginan aku untuk jadi penulis bangkit lagi. Pada tau kan yah alesannya apa.. yap! BOKAP tersayang *takutnya bokap baca* ({})

Nah! Akhirnya setelah aku ketemu sama temenku yang ternyata sehobi sama aku (sebut saja Jono)
hai Jono! *lambaikan tangan* stop moon! fokus.. fokus..
Setelah aku ketemu sama dia dan curcol-curcol (ga pake nangis) akhirnya dia saranin aku untuk bikin blog ini dan ngepost setiap inspirasi yang aku dapet. Jadi tetep bisa kerja dan tetep bisa nulis. Sukur-sukur bisa menginspirasi banyak orang setelah membaca. Daaaaaaannnn jadilah blog ini. TARAAA!!

Nanti hasil tulisan aku bakal beragam ada yang galau,seneng,drama,lebay,falling in love, pokoknya macem-macem deh. Semoga bisa menginspirasi yah atau paling enggak bisa bantu-bantu kalian ngebunuh waktu kosong. Tapi kalo misalnya kalian ga sanggup bacanya lambaikan ajah tangan kalian kekamera. Terimakasih!