Monday, June 22, 2015

Jatuh cinta padamu ternyata adalah keajaiban luar biasa yang selalu membuatku berterimakasih pada Yang Esa

Untukmu yang perlahan mulai mengubah hidupku. Tak pernah kusangka bila pertemuan kita justru permulaanku untuk mulai tersenyum bahagia. Kamu yang mampu membuat jantungku berdetak lebih cepat dengan senyummu yang sederhana. Yakinlah, kamu benar-benar tak butuh usaha luar biasa untuk memasuki ruang hatiku yang sebelumnya kosong dalam waktu lama.

Saat pertama kali aku melihatmu dalam lift yang hanya berukuran 2x2 dan dengan percakapan yang sangat biasa, tapi aku tahu sejak saat itulah hati ini sepenuhnya milikmu. Kudengar beberapa orang membicarakanmu. "pegawai baru" mereka memberikan julukan bagimu.

Tahukah kamu, aku mulai sangat penasaran! Ingin tahu siapa namamu, didivisi mana kamu ditempatkan, wanita seperti apa yang kamu inginkan, aku benar-benar ingin tahu. Sampai akhirnya kamu memasuki ruanganku dan teman-temanku. Tak kusangka, kamulah partner yang dipilih untuk menggantikan temanku yang resign karena urusan pernikahan.

Dari sinilah aku mulai berubah. Sekalipun kamu sendiri tak pernah menyadari, aku sebenarnya mulai berusaha menjadi apa yang paling kamu ingini.




Aku mulai menata rambutku agar lebih menarik daripada sebelumnya. Aku mulai menghabiskan waktuku lebih lama didepan cermin sebelum pergi ketempat kerja. Kurubah selera berpakaianku yang sebelumnya terkesan kurang manis untuk seorang wanita. Aku mulai menggunakan lipstick yang sebelumnya cukup lama kebiasaan ini ku tinggalkan.

Aku juga mulai belajar memasak, karena menurutmu wanita karir yang tetap bisa memasak adalah wanita yang layak dipertimbangkan untuk jadi pendampingmu. Dan akhirnya aku tahu bahwa menghadapi klien jauh lebih mudah daripada menghapal nama-nama bumbu didapur. Tak jarang tangan dan wajahku terciprat minyak saat menggoreng. Tak apa, itu benar-benar tak ada artinya bila dibandingkan dengan rasa bahagiaku saat aku melihatmu tersenyum sempurna, melihat kotak makan siang yang kuberikan dari hasil masakanku. Tak sadarkah kamu, pujian yang terlontar dari mulutmu atas masakanku jauh lebih indah dari jutaan puisi yang pernah aku baca.

Aku mulai memperbanyak doa. Bukan, bukan untuk terlihat baik dihadapanmu. Tapi karena aku yakin dengan doa aku dapat memelukmu. Aku mulai teratur pulang kerumah selepas jam kerja. Aku mulai berhenti menghabiskan sebagian penghasilan untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tak terlalu penting bagiku. Aku mulai menjalani hidup yang teratur, mengkonsumsi makanan yang sehat dan rajin berolah raga. Aku benar-benar sudah mulai berubah. 

Walaupun kamu sendiri memang tak pernah memintaku berubah, tapi saat bersamamu aku selalu ingin jadi lebih baik dari sebelumnya. Kedekatan kita mulai membuatku punya semangat lebih dalam melangkah. Dikencan pertama kita, kamu menyanyikan bagiku sebuah lagu yang kurang begitu akrab ditelingaku tapi entah kenapa aku merasa telah menemukan lagu kesukaanku. Lagu terbaik yang pernah ku dengar adalah lagu yang terlantun dari mulutmu.




Lalu kita semakin dekat. Kamu mulai jadi bagian yang luar biasa penting dalam hidupku dan selalu ingin aku perjuangkan. Aku menikmati saat-saat dimana kamu membagi banyak hal dalam hidupmu. Andai kamu tahu, aku begitu gemas dan ingin memeluk ketika melihat tingkah manjamu saat aku marah atas kebiasaan burukmu. Seperti tidur larut malam, terlambat makan, merokok berlebihan, dan bangun sangat kesiangan. Sejujurnya aku sama sekali tak merasa bermasalah dengan itu semua. Karena aku mencintaimu sepaket dengan tingkah lakumu. Tapi mencintaimu apa adanya bukan berarti aku tak ingin kamu menjadi lebih baik setiap harinya.

Puluhan kencan telah kita lewati. Entah dibioskop, restoran, dan tempat liburan mana saja kamu telah mengajakku untuk menghabiskan hari-harimu. Mungkin kamu sendiri tak menghitung tapi aku mengingat semuanya. Tepat dimalam minggu kita yang ke 31 kamu memintaku untuk mendampingi dalam susah dan bahagiamu. Menjadi ibu dari anak-anak kita. 

Aku merasa sempurna. Sungguh.. tidak ada permintaanmu yang lebih sempurna dari ini selama kita bersama. Bagaimana aku bisa menolak sedangkan itulah doaku setiap malam setelah disapaanmu yang pertama. Kumohon padamu sekalipun nantinya kamu dan aku akan mengahadapi pertengkaran hebat tetaplah bertahan, seperti aku yang selalu bertahan dalam setiap kesulitanmu. Aku yang tak pernah sedetikpun menyesal telah mempercayakan hatiku padamu.

Dan kini aku tahu, bahwa jatuh cinta padamu ternyata adalah keajaiban luar biasa yang selalu membuatku berterimakasih pada Yang Esa. Kamulah harapan yang selalu aku semogakanKamu hadir dan membuat segala sesuatunya berubah jadi lebih indah dan berwarna. Terimakasih ku ucapkan padamu pria terhebat kedua setelah ayahku. Terimakasih karena telah memilihku, terimakasih karena telah menyempurnakan ku. Dari aku, yang selalu ingin membahagiakanmu.



Friday, June 19, 2015

Sekalipun kini aku belum benar-benar pulih, kupastikan padamu bahwa aku baik-baik saja.

Belum Hilang sama sekali. Bila ada kata diatas rasa sakit yang dapat menggambarkan perasaanku saat itu, mungkin bisa kugunakan untuk sekedar menceritakan seberapa terpuruknya aku setelah kehilangan kamu.

Tahukah kamu hai pribadi yang sebelumnya datang dengan segala kebaikan kemudian menghilang tanpa meninggalkan satupun pesan, bahwa tak ada seorangpun yang akan baik-baik saja setelah kehilangan dia yang sebelumnya menjadi tempat hatinya percaya. Begitupun aku.

Sekalipun kamu sendiri tahu aku bukanlah wanita lemah yang mudah tunduk pada masalah, tapi ketika kenyataan membawaku pada luka yang dalam atas perpisahan kita aku benar-benar tidak baik-baik saja. Ribuan doa terlantun melalui mulut dan hatiku, berharap Tuhan Juga adil atas perkara cinta. Dan memberimu sedikit pelajaran berharga bahwa hati ada bukan untuk kamu siksa.

Seandainya waktu dapat diputar ulang, aku tak kan pernah seromantis Alm. ibu Ainun, yang akan meminta tetap diperkenalkan padamu, bahkan dikehidupan kedua. Tidak sama sekali! Sebaliknya bila memungkinkan aku memutar waktuku, aku akan lebih memilih untuk menghindarimu saat hari dimana pertama kali kamu menyapaku. 

Kamu harus tahu, betapa sulitnya aku mencoba bangkit dari keterpurukan dan mengumpulkan serta menata kembali kebahagiaanku dari awal. Mencoba percaya lagi pada diri sendiri. Memulihkan harapan yang sempat mati selepas aku tak lagi dapat mendengar kabarmu. Berusaha untuk sibuk-sesibuknya hingga akhirnya aku bisa lupa bahwa aku dulu pernah lebih sibuk mempertahankanmu daripada membahagiakan diriku sendiri. Sungguh itu sulit, sangat sulit. Padahal kamu sendiri tetap baik-baik saja. Atau bahkan tak pernah merasa kehilangan sebesar rasa kehilanganku.

Sekalipun kini aku belum benar-benar pulih, kupastikan padamu bahwa aku baik-baik saja. Karena aku tahu. bahwa untuk segala sesuatu yang terjadi didunia ini memiliki waktunya sendiri. Kalaupun aku pernah menagis untukmu bukan berarti itu adalah jaminan aku akan menderita selamanya. Tak perlu mengkhawatirkanku. Percayalah, aku sudah mulai terbiasa tanpa kamu, jadi ku mohon padamu untuk tak pernah menyapaku kembali dengan alasan apapun. 

Aku ingin kelak Tuhan menjawab doaku dan menyampaikan salamku untukmu. Terimakasih untuk lukanya hai laki-laki yang tak pernah lagi menganggapku ada. Tak tahukah kamu bahwa karma itu nyata?

Semoga nantinya tak ada seorangpun wanita yang hadir hanya untuk mengacak-acak hatimu kemudian pergi seperti yang kamu lakukan padaku dulu. Dan sekalipun saat ini aku berteman sepi, setidaknya aku tak pernah sepecundang kamu. Aku percaya Tuhan tak pernah tidur. Ada waktu dia akan jawab doaku dan menyempurnakan kebahagiaanku.

Bila kamu membaca ini, ingatlah.. Bahwa aku pernah jadi satu-satunya tempatmu pulang dan memberi dukungan saat tak ada satupun orang yang mempercayai perkataanmu. Aku pernah memberikanmu pundak untuk bersandar. Walaupun tak seberapa tegap, tapi aku pernah sanggup menguatkanmu. Aku pernah memberikanmu pelukan saat kamu meringkuk tak berdaya disudut kamarmu dengan perasaan kecewa pada siapapun yang menghilang dimasa jatuhmu. Aku pernah sekuat itu untukmu.

Maka bila untukmu saja aku mampu, itu artinya aku juga akan sanggup melakukan itu bagi diriku sendiri. Pergilah sejauh kamu mau, aku tak akan pernah menghalangi. Karena bila bukan dari rusukmu aku berasal itu artinya aku tak perlu mati-matian memperjuangkan kebersamaanku denganmu.

Wednesday, June 17, 2015

Untukmu yang menghakimi keputusanku. Sudahkah kamu memahami apa yang jadi pertimbanganku?

Untukmu yang tak perlu lagi kupertimbangkan. Kamu yang sebelumnya mendapingi dan mampu membuatku sedikitpun tidak merasa ragu. Entah dimanapun kamu saat ini, atau apapun yang kamu pikirkan tentang aku, ku mohon bacalah surat ini agar kamu mengerti jalan pikiranku.

Tak ada yang perlu disesali atas perpisahan yang harus kita jalani. Aku memang lebih memilih untuk tidak mengikuti keinginanmu saat mengajakku menghabiskan waktu menua bersamamu didesa tempat dimana kamu dibesarkan. Menghadapi kehidupan sederhana tanpa karir dan penghasilan yang pasti. Bukan karena aku tidak cinta lagi, harusnya kamu tahu bahwa sebelum mengambil keputusan ini aku sendiri sudah lebih dulu menghabiskan airmata. Rasanya seperti mengiris hatiku sendiri.

Ini semua bukan karena aku tak bisa untuk diajak hidup susah atau karena aku matre. Bisakah kita ganti kata matre dengan realistis? Dan mengajak hidup susah dengan berjuang bersama? Ketahuilah, aku bahkan sudah lebih dulu merasakan getirnya hidup, bahkan saat masih dalam kandungan.

Bukankah sudah ku jelaskan panjang lebar, aku bukan gadis yang lahir dan dibesarkan dari keluarga kaya raya. Aku hidup dan tumbuh dalam keluarga sederhana. Aku juga bukan anak tunggal yang tidak memiliki sedikitpun tanggung jawab terhadap adik-adikku. Aku bukan gadis yang hidup seperti itu.

Sebaliknya, aku justru lahir dari rahim seorang wanita yang hidup dalam kesederhanaan. Kemudian dibesarkan oleh seorang pria luar biasa yang hidup dalam keadaan susah. Merekalah orang tuaku. Yang biasa aku sebut malaikat tanpa sayap. Yang saat ini ada sejuta harapan mereka  diletakan diatas pundakku.

Harusnya kamupun mengerti. Bukan tanpa tujuan mereka memberikanku pendidikan lebih dari yang mereka bisa dapatkan dulu. Dalam doa mereka aku tahu, selalu terlantun harapan agar aku memiliki kehidupan yang lebih dari mereka. Agar aku bersedia meringankan walau sedikit saja beban mereka membesarkan adik-adikku, paling tidak agar adik-adikku nantinya tidak perlu merasakan seberapa getir aku harus menghadapi perjalanan hidup, Mereka tak perlu merasakan malu saat mengalami keterlambatan membayar SPP. Mereka tak perlu merasa minder karena memakai baju dan sepatu yang lusuh sebagaimana dulu aku mengalaminya. Aku bena-benar tak ingin mereka menjalani itu semua.

Kedua orang tuaku pun berkeinginan agar aku bisa sedikit dipandang dalam keluarga besar kami. Tidak seperti mereka yang bahkan hanya berani tertunduk malu saat ada perkumpulan keluarga dan masing-masing dari mereka memamerkan apa yang mereka punya. Mengertilah, selain Tuhan saat ini akulah satu-satunya kepunyaan mereka yang dapat mereka banggakan. Itupun kamu masih tega mengambilnya?

Aku memang mencintaimu. Untuk hal yang satu ini kamu tak perlu menyimpan ragu. Tapi sungguh, mereka jauh lebih penting darimu. Aku mengenal mereka jauh sebelum aku mengerti kata-kata. Mereka yang mampu mengorbankan segalanya untukku. Mereka yang selalu ada dalam setiap keadaanku. Mereka yang bahkan rela berkata "kami tidak lapar, kamu habiskan saja makanannya." Padahal aku tahu betul saat itu mereka sedang berdusta. Mereka yang setahuku sanggup berhutang sana sini hanya untuk memberikan kehidupan yang layak bagiku. Mereka yang bahkan rela tak tidur demi untuk memperpanjang waktu mereka mencari rupiah demi rupiah agar aku tak harus bertanya "Apa yang akan kita makan hari ini?"

Aku tak sampai hati melihat mereka semakin menua dan tersiksa dalam pijakan zaman yang semakin sulit dikendalikan. Saat semuanya harus begitu sulit mereka jalani, sanggupkah aku meninggalkan mereka dan memilih hidup denganmu meninggalkan semua impian mereka? Bahkan papa sendiri berkata "Dengan pertaruhan nyawa dan harga diri papa dan mama membesarkan kamu, agar kamu tak harus jalani hidup seperti kami. Dan sekarang ada orang baru mengenalmu datang tanpa tahu kamu dibesarkan dengan kesulitan luar biasa sampai kamu bisa seperti saat ini kemudian mau mengajakmu hidup susah? Adakah yang lebih sakit yang bisa kamu kasih ke papa selain ini?" Menetes airmataku. Bahkan dia sendiripun tak jadikan kesulitannya sebagai pertimbanganku. Hanya aku dan kebahagiaanku, itulah tujuannya. 

Maka dari itu, lupakan saja mimpi kita untuk hidup bersama bila syarat yang kamu berikan bagiku untuk mendampingimu adalah dengan mengubur harapan kedua orang tuaku. Karena aku takkan pernah melakukan itu. Sekalipun sakit harus ku alami karena tak lagi dapat berharap kelak akulah wanita yang akan menyandang nama besar keluargamu. Tak apa. Aku tak merasa rugi sama sekali. Karena aku hanya akan mengabdikan diriku menjadi seorang istri dari pria yang tidak hanya mencintaku tapi juga keluargaku.



Thursday, June 11, 2015

Lanjutkanlah hidupmu sekalipun tanpa aku

Dan lagi. Kamu menyakitiku dengan kata-katamu. Padahal kita bukan apa-apa lagi. Aku bukan milikmu lagi. Ku buka sedikit ruang untukmu agar dapat menanyakan kabarku, bukan kembali mengatur kehidupanku. Aku rasa harusnya kamu masih ingat. Sebelumnya sudah pernah ku jelaskan padamu, sekalipun rindu datang menyiksaku, sedikitpun tak pernah terbersit dalam benakku untuk memintamu kembali memelukku seperti dulu. Bukan karena tak adanya lagi rasa, aku hanya takut terluka kembali dengan alasan yang sama.

Ku buka sedikit pintu maaf bagimu bukan untuk mempersilahkanmu masuk kembali dalam ruang yang sebelumnya pernah kamu tempati, tapi untuk mempersilahkanmu duduk dalam ruang dimana teman-temanku pun menempati ruang itu. Aku memang ingin melepaskanmu tapi tidak menginginkan pertambahan musuh. Bila cinta tak dapat lagi dijalin apakah kita harus saling menatap sebagai musuh?





Kututup cerita cintaku darimu bukan karena aku membencimu, tapi karena aku tahu bahwa kelak akan ada orang lain yang harus ku persilahkan masuk. Lantas bagaimana dia akan masuk bila kamu terus berdiam didepan pintu atau yang lebih parah kamu tinggal didalamnya dan memenuhi tempat yang seharusnya dia tempati. Bila dia melihat itu. Iya, dia yang kamu katakan padaku mungkin lebih baik daripada kamu datang dan menginginkanku lalu melihatmu masih menempati tempat lamamu, kurasa dia tak akan mau lama-lama menunggu atau bersusah payah membuatmu pergi, karena setahuku pria dewasa takkan mau membuang waktu untuk melakukan itu.




Aku sama sekali tak membencimu. Tidak sama sekali. Aku sendiri bahkan tak pernah menyesal pernah mengenalmu. Aku yakin apapun yang terjadi dalam kehidupanku tidak ada yang kebetulan. Dari sekian juta orang Tuhan pasti punya maksud kenapa dia mempertemukan kita. Aku justru ingin berterimakasih padamu. Berterimakasih untuk setiap hal yang pernah kamu lakukan padaku. Terimakasih karena sudah membawaku pada titik ini. Dimana aku merasa lebih baik. Aku belajar banyak hal darimu. Aku belajar tentang kesabaran, setia, percaya, tidak berharap terlalu berlebihan pada manusia, menghargai diri sendiri, dan masih banyak lagi pelajaran yang sudah kamu beri yang tak bisa satu persatu aku sebutkan, karena mungkin akan menghabiskan milyaran kata untuk hal itu dan aku rasa aku tak punya cukup waktu untuk itu.

Tak perlu terus berfikir bahwa mungkin aku wanita terakhir yang akan membuatmu jatuh cinta. Kamu salah! Jangan khawatir, aku sendiripun pernah melakukan kesalahan itu. Pernah aku berfikir bahwa aku takkan pernah sanggup berpaling darimu. Seberapapun sakit keadaan yang harus kuhadapi saat bersamamu tak pernah membuatku berkeinginan meninggalkanmu. Sampai akhirnya kamu yang memintaku pergi. Bila ku ingat malam itu, malam dimana percakapan kita sebagi kekasih merupakan percakapan terakhir, dunia serasa mau runtuh. Aku bingung harus berbuat apa. Aku harus melanjutkan hidup tanpa kamu. Saat itu aku berfikir mungkin hati ini tidak akan pernah terbuka lagi untuk hati yang lain selain kamu, tapi ternyata aku salah.





Hidupku masih terus berjalan. Aku masih tetap bisa tertawa bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Aku bebas pergi kemanapun aku mau. Aku bebas memilih dengan siapa aku mau membunuh waktu senggangku. Aku merasa hidup tak seburuk apa yang aku pikirkan. Walaupun mungkin belum kutemukan penggantimu. Bukan karena aku tak mau mencari atau bukan juga karena kamu yang terbaik, bukan sama sekali. Tapi karena aku tak ingin gagal lagi. Aku hanya sedikit lebih menjaga hatiku dari orang-orang yang hanya mencoba masuk dan pergi lagi. Aku hanya sedang mempersiapkan diri bagi dia yang tulang rusuknya telah dicabut Tuhan demi untuk menghadirkan ku kedunia. 





Beberapa pria yang mendekati mulai kuperhatikan dengan baik. Tidak lagi hanya nyaman yang kucari dari mereka. Aku mulai belajar  lebih banyak mendengarkan mereka daripada berbicara untuk menilai cara berfikir mereka. Aku lebih banyak belajar memberi untuk melihat seberapa mampu mereka menghargaiku. Aku belajar untuk tidak menuntut untuk melihat seberapa besar dia mampu melihat apa yang aku perlu dengan perasaan sadar bukan karena tuntutanku. Aku belajar untuk lebih mengandalkan doa daripada usahaku mati-matian untuk mendapatkan cinta. 

Entah siapapun nanti yang mendapingiku. Kumohon padamu untuk ikut berbahagia. Kelak kita akan sama-sama menemukan dia yang telah kita pilih dengan segala pertimbangan dan restu Tuhan. Jangan khawatir, bila bukan denganku, berarti sudah Tuhan siapkan dia yang lebih baik dari aku. Kamu hanya perlu bersabar dan menikmati setiap proses seperti aku yang belajar menikmati setiap proses yang terjadi setelah aku kehilangan kamu.



Monday, June 8, 2015

Kamu dan aku yang berusaha saling membahagiakan

Jangan mengikatku dengan segudang peraturan yang pada akhirnya membuatmu kehilangan aku. Tak perlu menuntut banyak hal dariku. Cukup buatku jatuh cinta padamu dan semua yang ada didirimu, maka apapun yang kamu mau aku lakukan, akan dengan senang hati kulakukan tanpa perlu kamu yang memintanya. 

Kita bukan lagi anak-anak remaja yang menjalin cinta dengan segudang perbuatan konyol dan membahagiakan sementara. Seperti memajang nama pasangan di sosial media atau memakai baju couple yang hanya dengan tujuan membuat semua orang tahu bahwa kita pasangan yang saling menyayangi. Percayalah, aku menginginkan lebih dari itu.


Aku wanita yang tahu apa yang harus kuperbuat dan tidak. Akan ku jaga hatiku untukmu bila kau sendiri telah lebih dulu mendapatkannya. Kita sadar bahwa kau dan aku dipertemukan bukan tanpa alasan. setelah ada begitu banyak kegagalan pernah kita hadapi dalam perjalanan masing-masing. Mulai dari terjerembab pada cinta yang menorehkan luka begitu dalam dihati sampai hubungan yang sangat ditentang oleh orang tua sudah kita lewati. Aku percaya hal ini membuat kita semakin dewasa dalam cinta.

Aku bukan lagi wanita yang hanya menginginkan kencan dimalam minggu dan menghabiskan waktu bersama ditempat makan yang romantis atau sekedar menonton film terupdate dibioskop. Impianku denganmu lebih dari itu. Aku ingin menjadi wanita terakhir yang mengisi kehidupanmu. Yang menyandang julukan Nyonya diiringi nama besar keluargamu yang menandakan aku telah resmi memasuki ruang dihatimu dan keluargamu.



Aku berharap akulah wanita yang akan membangunkanmu dengan aroma secangkir kopi dan kecupan hangat dikeningmu. Menyiapkan setiap keperluanmu. Mengandung anak-anak yang luar biasa dan membesarkan mereka bersamamu. Melalui banyak hal denganmu. Sampai nanti kita melihat anak-anak tumbuh dewasa dan meninggalkan rumah, memulai kehidupan baru mereka dengan pilihan hati mereka masing-masing, dan kita kembali menghabiskan hari-hari berdua. Menua bersama. 


Bila impianku atasmu sebesar itu lalu kenapa masih meragukan tujuanku membuka ruang hatiku yang sebelumnya pernah begitu tersayat hanya untuk memberikanmu kesempatan?

Aku Tahu semua orang butuh kesempatan untuk membuktikan termaksud kamu. Kamu berhak membuktikan bahwa kamu memang berbeda dari mereka yang hadir sebelum kamu. Kamu berhak membuktikan bahwa kamu datang dengan tujuan yang baik. Kamu berhak membuktikan bahwa kamu memang ingin hadir bukan untuk pergi lagi. Maka ku berikan kesempatan bagimu untuk memasuki ruang hatiku. Maaf bila agak sedikit seperti tak terurus. Aku lupa kapan terakhir ruang itu diisi. 


Kumohon padamu untuk tidak menghancurkannya kembali setelah kita berhasil membuatnya pulih. Aku akan berusaha mambuat hatiku jatuh padamu. Dengan semua sikap sederhanamu. Cinta tak perlu terlalu berlebihan dan menggebu-gebu. Dia sederhana tetapi konsisten, mudah dipahami dan memahami, membuat nyaman dan bertahan. Membuat siapapun menjadi lebih kuat dan lemah dalam waktu bersamaan. Dan aku butuh kamu untuk menstabilkan semuanya.

Dan inilah kita. Dengan tujuan saling membahagiakan, bukan menunggu untuk dibahagiakan. Berdoa pada Tuhan dan berharap Tuhan mengikat doa kita dan mempertemukannya dalam altar. Dan inilah kita, aku dan kamu, yang berusaha saling membahagiakan.