Wednesday, September 13, 2017

Teruntuk Wanita yang Mengambil Tempatku Dengan Paksa

Memang mungkin cinta datang dan pergi, tapi apa kau tahu hati butuh waktu untuk dibenahi? Dia yang pernah kutemani dengan segala ketidak punyaan sampai pada tahta kejayaan. Mendadak kau kemas dalam hati yang tak sama lagi. Aku yang pernah berjalan beriringan dengannya, kemudian sesekali kupelankan langkah untuk menyeka airmata hanya untuk membuat dia tak melihat, bahwa aku pernah terluka dalam sunyi yang tak kusampaikan pada semesta demi tetap mencintai dia.

Kau mana tahu bahwa mendaki dari bawah bukan soal mudah. Sesekali tali hati yang kugenggam menyayat dan melukai sampai berdarah dengan perdebatan dan rasa cemburu yang selalu kusimpan sendiri,  dan dalam pedih yang hanya bisa kusampaikan pada Tuhan. Kemudian dengan cinta yang sabar kusembunyikan bagian-bagian dari diriku yang terluka saat mempertahankan dia.

Kau mana tahu bahwa aku pernah merasa punya seperti tak punya saat dia sibuk menata mimpi yang katanya dulu ada aku diletakan dia didalamnya. 

Kau mana tahu aku pernah hanya bisa berbincang dengan bayang, menabung rindu pelan-pelan sambil berbisik pada Tuhan agar Dia tak lupa menjaga lelaki yang entah sedang menggapai mimpi seperti apa. Tak apa Tuhan dia lupa memberi kabar asal jangan lupa makan.

Kau mana tahu bahwa aku pernah tak perduli itu terik atau hujan asal bisa menemui dia dalam sisi gelapnya untuk sekedar memeluk dan bilang semua akan membaik seiring berjalannya waktu. Tanpa perduli diwaktu yang sama aku juga sedang tak baik-baik saja.

Kau mana tahu bahwa dia pernah memintaku menunggunya memantaskan diri agar bisa terus mendampingiku. Dia pernah meminta untuk tak pernah kutinggal meski cuma sebentar. Katanya, aku cuma perlu menunggu waktu sampai bisa dijadikannya wanita paling bahagia. Nanti. Kau mana tahu. 

Bukankah sebagai sesama kau harusnya mengerti bahwa wanita mudah memberi seluruh hati pada cinta yang dianggapnya tak akan pernah mati?

Sudah seberapa hebat kau rasa pesonamu? Datang, merusak, dan mengambil apa yang kubangun pelan-pelan dengan sebagian airmata yang kusudutkan dalam diam. Mungkin memang bagimu cinta tentang memilih dan mengambil yang terbaik tanpa memikirkan apa yang membawanya sampai pada titik yang paling kau ingini. Tanpa kau tahu mungkin sudah banyak yang ditukar perempuan sebelumnya demi bisa melihat lelakinya bahagia. Untuknya aku siap menukar apa saja asal bukan cinta.

bagaimana jika kita bicara tentang karma yang ramai digaungkan manusia setiap waktunya. Tak takutkah kau bila ini terjadi pada anak perempuanmu? Semoga tidak, jangan sampai. Dia tak tahu apa-apa.

Dan untukmu lelakiku dulu.
Tak perlu banyak penjelasan, karena bagiku tak ada alasan yang tepat untuk sebuah perselingkuhan. Apa yang salah dalam diriku? Kau kan sudah tahu, untukmu aku siap kau rubah jadi perempuan yang paling kau mau. Bukan yang kau tinggal saat apa yang kamu impikan tak ada dalam diriku. Sadarkah kau bahwa hubungan yang hebat itu dibentuk bukan ditemukan? Atau paling tidak kau bisa pamit dengan sopan sebagai lelaki. Bukan pergi begitu saja seperti pencuri.

Kau bukan lagi anak-anak yang melempar mainannya saat sudah bosan. Membantingnya dengan harapan dibelikan yang baru. Atau menyimpannya dalam gudang dan sampai kapanpun kau tak akan pernah datang. Kau lelaki dewasa yang tahu cara memperlakukan manusia sebagaimana mestinya. Atau sudah bekukah kata pamit dalam lidahmu? Atau cintamu yang baru membuatmu tak lagi tahu bagaimana caranya menggunakan hati?

Lalu Bagaimana kalau kita bicara tentang tukar posisi? Kau yang ada sejak pertama sampai jadi yang utama lalu berubah jadi yang paling tak punya arti apa-apa. Kau yang paling setia lalu hanya dijadikan bahan bercanda. Kau yang selalu ada dalam setiap suasana hatinya tapi ditinggal begitu saja? Kau mana tahu rasanya.

Tapi cukuplah penyesalanku telah mengenalmu. Karena bagaimanapun juga didadaku kamu pernah jadi yang sangat berharga. Aku hanya ingin mengambil hati yang pernah kuberikan padamu. Mungkin sudah rusak, aku akan berusaha memperbaiki sendiri. Menunggu yang paling baik yang Tuhan Siapkan untukku. Dia yang nantinya datang dan tak akan pergi lagi.

Dan dia yang kini memeluk erat lenganmu seperti balita yang tak ingin coklatnya direnggut paksa. Kuharap dia selalu bisa membuatmu tertawa bahagia. bukan malah mengacak mimpi yang sebelumnya kau bangun dengan susah payah.







Wednesday, May 10, 2017

Dari Pilkada Sampai ke Dua Tahun Kurungan Penjara.

Pak..
Aduh! saya bingung harus mulai darimana.
Yang pasti sedih pak.
Masih basah bekas luka akibat kekalahan anda kemarin diputaran kedua dan sekarang saya harus menerima kenyataan anda dijatuhi hukuman dua tahun Penjara.
Saya tidak mengerti hukum sama sekali. 
Saya tidak tahu kenapa hasil sidang anda berakhir seperti ini.
Saya juga tidak memahami dimana letak penistaan pada pidato anda dikepulauan seribu.
Tapi yang saya tahu sekarang inilah kenyataan hukum di Indonesia.
Harusnya anda kemarin menjaga mulut pak.
Karena sekarang akhirnya saya tahu bahwa negeri ini tidak butuh orang jujur melainkan orang santun apalagi kalau anda bergaul akrab dengan FPI, dijamin apapun ucapan dan tingkah laku anda walaupun tak pantas didengar telinga apalagi dilihat mata pasti tetap dipuja asal mengatas namakan Tuhan dan agama.
Jangan sedih pak, sekarang bukan hanya 42% warga DKI yang menangis dan berdoa untuk anda tapi Indonesia. 
Semoga tetap kuat dan jangan menyerah ya pak.
Perjalanan anda masih panjang.
Lihat kami saja yang membutuhkan anda.
Sampai jumpa dikesempatan berikutnya entah dalam situasi seperti apa, yang pasti saya tetap cinta.
Airmata dan rasa cinta saya untuk anda.
Semoga sehat selalu dan tabah serta tak kehilangan senyuman tulus diwajah anda.


Salam,


Bukan pengirim bunga, 
tapi pengirim doa yang menggema diangkasa.



Thursday, April 20, 2017

Surat Patah Hati Saya untuk BaDja yang Akhirnya Kalah Diputaran Kedua

                                                                                                                               Jakarta, 20 April 2017
Kepada Yth,                                                                                                             
Pak Ahok dan Pak Djarot
ditempat.

                                                                                                                             
Percaya atau tidak, ini pertama kali dalam sejarah hidup saya menangis karena pilihan Gubernur saya gagal memimpin kedua kalinya. Dan saya yakin, ini berlaku juga pada bapak kesayangan saya Joko Widodo tentunya. Jangan Sampe deh pak. Bisa patah hati yang kesekian kalinya saya.

Pak ahok atau Pak Basuki yah enaknya?
Ah, sama sajalah! Anda tetap anda, yang mencintai kami tanpa pura-pura.

Saya tidak mengerti politik sama sekali. Dan dulu, memang tidak ingin tahu. Semacam ada rasa tidak peduli. Terserah kalian politikus mau apa disana. Terserah. Tapi semenjak ada anda dan pendamping anda Pak Djarot pastinya, saya mulai merasa ada yang berbeda. Setiap ada berita tentang kalian berdua rasanya saya seperti terbius dan tak ingin mengalihkan pandangan saya, apa mungkin ini cinta? Jangan deh, nanti pacar saya cemburu lagi sama kalian berdua.

Kalau kata adera, 'dan kau hadir merubah segalanya menjadi lebih indah' itu saya rasain sejak memiliki kalian pak.

Kalian membuat semuanya jadi begitu sederhana. Kebijakan-kebijakan yang kalian buat selalu membikin (bahasa pak Djarot) saya terpana. Walau awalnya saya sempat sebel sih sama bapak yang tukang marah, belum lagi banyak orang mengeluh tentang anda. Celoteh saya saat itu 'paling sama ajah'. Tapi toh tetap saja, hati kecil saya bilang ada yang beda dari kalian berdua. Semakin saya cari tahu, semakin saya ikuti, saya semakin suka. Saya semakin paham Jakarta ini mau bapak bawa kemana. Apalagi waktu kalian bilang bapak orang tua bagi warga DKI, adem pak rasanya. 

Kemarin tanggal 19 april 2017, biarlah tisu-tisu itu jadi saksi bisu betapa hancurnya hati saya melihat anda berdua berdiri dihadapan kamera mengakui kekalahan kalian berdua. Ah Tuhan, cobaan apalagi ini? Terserah mau dibilang lebay atau apapun, Pak Joko Widodo dan kalian berdua merubah cara pandang saya tentang politik yang kotor, rumit, tidak transparan, dan membosankan.

Kalian membawa pola kepemimpinan yang dekat dengan kami. Sederhana dan mudah ditebak. Intinya cuma satu, gimana caranya kami bisa hidup layak dan bahagia. Saya sempat bermimpi warga DKI yang selalu hidup dalam himpitan kesulitan hidup berubah jadi warga yang bahagia. Pandangan Orang yang selalu mengolok-olok kami karena banjir, macet dan lain sebagainya bisa terdiam. Dan kami bisa hidup layak seperti kebanyakan manusia.

Saya sempat berharap penuh tentang keragaman kita yang bukan hanya bicara soal budaya tapi juga agama bisa terapresiasi melalui terpilihnya anda. Kita beda tapi punya tujuan yang sama. Saya batak dan bapak tionghoa pak Djarot jawa tapi kita sama-sama orang Indonesiakan pak?

Tentang cara bicara anda yang tegas dan kadang dianggap kasar beberapa pihak, saya maklumi itu pak. Karena negeri ini tak hanya berisi orang jawa. Kami orang Sumatera utara kalau bicara belum sampai keluar urat dileher rasanya lawan bicara belum paham apa maksud kita. Orang Betawi punya cara berbicara nyablak dan apa adanya, tapi saya suka. Karena inilah Jakarta. Karena inilah Indonesia. Tapi kemarin pak bersamaan dengan patahnya hati saya, alampun berbicara dengan bahasanya, tentang Bhineka yang sepertinya sudah mati di Jakarta.

Tapi sudahlah, ini mungkin seperti yang anda bilang, kekuasaan itu datangnya dari Tuhan. Dia yang kasih Dia yang ambil. Saya hanya berharap bapak tidak pernah lupa pada kami separuh warga DKI yang selalu mendukung Bapak apapun yang terjadi. 

Sudah selesai pak (untuk saat ini). Silahkan istirahat. Duduk-duduk, santai-santai. Sudah capek kan dihantam sana sini? Dilemesin dulu sebentar pak, sambil menunggu tanggung jawab yang lebih besar lagi nanti. Kalau boleh acara Ahok Show lanjut ya pak. Karena dengan begitu saya bisa mengobati rindu saya. Jangan lupa Pak Djarotnya diajak, biar bisa lihat pecinya dan tahan amarah sekalipun Bapak sedih liat kami nantinya.

Ini saja dulu dari saya, semoga kedepannya saya bisa menulis surat tentang keberhasilan pak Ahok dan pak Djarot. Terimakasih karena sudah mau capek-capek ngurus kami warga DKI. Semoga Bapak sehat selalu dan tetap seperti ini.


Salam,


Saya yang patah hati