Monday, August 31, 2015

Bersabarlah, Tak Ada Perjalanan yang Tidak Bisa Disentuh Ujungnya.

"Cie.. Jones.."

"Cie Perawan tua/bujang lapuk.."

"Pilih-Pilih sih kamu.."

Mereka lucu. Padahal tak terlalu mengenalmu. Tapi seolah tahu akan seperti apa hidupmu nanti, bila sampai saat ini kamu masih saja sendiri. Padahal kamu bahagia ditempatmu dengan caramu. Menikmati hari tanpa harus ada kekasih disisi. Tak perlu geram, sebaiknya berusahalah berbahagia agar kamu tak pelak menggantungkan harapanmu untuk bahagia pada jodohmu. Sungguh, dia yang nanti hadirpun bukan budak yang harus mati-matian membahagiakanmu.

Tenang saja dan tetaplah berbahagia. Karena Tuhan juga tak akan pernah mangkir atau memalingkan wajahNya dari hidupmu jadi berhentilah mencemaskan komentar mereka yang nyatanya tak benar-benar mengerti seperti apa sulitnya kamu melangkah. Ini bukan tentang siapa yang lebih dulu. Tapi ini tentang menemukan yang paling tepat dan tak akan mengkhianatimu untuk alasan apapun.

Tak ada yang salah bila kamu tak lantas dengan mudah memulai lagi setelah perjalanan panjangmu genap kamu lalui. Kamu yang sebelumnya melewati beratnya hari untuk menata hati saat dia yang dulu sanggup membuatmu yakin untuk tak mencari lagi ternyatapun pergi. Mungkin, bukan juga karena tak ada lagi satupun orang yang mengingini, tapi hanya sekedar berupaya untuk tak lagi salah menempatkan hati.

Percaya saja, kamu istimewa meski tak seperti mereka yang menghabiskan malam minggunya dengan jutaan gombal yang membuat pipi merona. Tak perlu juga kamu iri atau merasa diri jadi yang paling menyedihkan hanya karena tak ada yang mengajakmu kencan. Bukankah dengan teman kamu juga masih bisa bersenang-senang?

Anggap saja ini waktu yang diberikan bagimu untuk berbahagia tanpa harus menghadapi berbagai drama cinta. Ada banyak hal baik menunggu didepan sana. Bukankah jauh lebih baik kamu mempersiapkan diri sebaik-baiknya pribadi, untuk dia yang cintanya lebih dewasa dibandingkan terus mengasihani diri sendiri karena tak kunjung dipertemukan dengan sang pujaan? 

Diapun mungkin ditempatnya sedang berdoa untuk sesegera mungkin dipertemukan dengan kamu yang memang telah disediakan Tuhan untuk diajaknya menua bersama. Kamu dan dia ditempat yang berbeda. Mungkin sedang sama-sama berusaha menjadi yang selalu bisa diajak memperjuangkan banyak mimpi bersama, untuk masa depan yang layak bagi kalian berdua. Juga bagi cinta yang tak akan pernah luluh lantah hanya karena salah paham tak bermakna.

Sungguh.. hidupmupun sempurna. Meski tak didampingi oleh siapapun untuk saat ini. Bersabar sajalah, karena Tuhan selalu menjadikan semua indah pada waktunya. Tak perlu cemas, mereka yang saat ini seolah bahagiapun tak lantas duduk bersebelahan dalam pelaminan mereka. Bila waktu ini diberikan bagimu untuk merajut asa tanpa harus memikirkan siapa-siapa, Tak ada yang lebih indah bila kamu bisa mengisinya dengan tawa bahagia yang hadir sampai kelak pencapaian yang paling kamu nantikanpun akhirnya tiba.

Tunggu saja.. sekarang ataupun nanti asalkan cinta yang hadir tak akan putus lagi semua penantian panjangmupun akan terbayar lunas tanpa ada yang perduli seberapa sendirinya kamu selama ini. Anggap saja kamu sedang bercengkrama dengan rahasia yang memang masih belum juga mau keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan begitu bila kelak tanganmu telah sanggup menggapai, maka kamu tak akan begitu saja melepasnya. Jadi teruslah bersabar. Karena sejatinya, tak ada perjalanan yang tak sampai pada ujungnya. 


Padahal, menyanggupi permintaan orang lain dengan terpaksa sebenarnya membuatmu cepat lelah - bahkan kadang merasa bersalah. http://it.avatar-nusantara.com/2015/05/06/jika-diri-sendiri-saja-masih-kerap-berduka-yakinkah-kamu-mampu-membuat-orang-lain-bahagia/




Friday, August 28, 2015

Aku Tahu Kalian Berhak Bahagia Bersama, Tapi Bisakah Kalian Tak Mengajakku Untuk Menjadi Satu-Satunya Saksi yang Terluka?

Mungkin inilah hari terburuk dalam hidupku. Oh tidak juga. Sebelumnya ditempat yang sama kamu juga pernah membuat luka. Saat dia hadir dan mengambil hatimu dari genggamanku. Membuat mu melupakan aku yang dulunya selalu mengisi hari-harimu.

Sore ini. Aku terpaku saat menatap wajahmu ada didepan pintu. Wajah yang dulu selalu membuatku tak pernah kehabisan cinta untuk ku berikan tanpa jeda. Percayalah, sampai detik ini sama sekali tak ada yang berubah. Aku masih cukup mencintaimu. Aku masih sanggup memaafkanmu lebih tulus dari yang kamu mau. Dulu aku memang pernah marah tapi tak lantas buatku sanggup begitu saja membuangmu dari pikiranku

Kamu tersenyum. Andai kamu tahu. Ada luapan rindu yang ingin ku tumpahkan dalam pelukmu. Ku pikir kamu datang untuk memperbaiki semuanya. Tapi ternyata kamu hanya membangunkan sipemimpi ini dari tidur panjangnya. Kamu menanyakan kabar dan menjabat erat tangan ini yang dulu ku pikir akan jadi tempatmu memasang cincin. Ada undangan merah hati terulur dari tanganmu. Aku gemetar menerimanya. Terpampang dengan jelas foto kalian disana. Kamu dan dia yang dulu kamu pastikan hanya akan jadi teman selamanya.

Aku tersenyum getir. Mengucapkan selamat yang harusnya kamu tahu itu basa basi terburuk yang pernah kulakukan dihadapanmu. Kamu pamit. Membawa semua yang selama ini ku bangun sendirian. Angan yang tak kunjung menemukan perhentian. Punggungmu berlalu. Dan kali ini benar-benar tak boleh lagi kuharapkan kembali.

Aku hilang arah. Habis semua rasa bahagia yang dulu ku harap Tuhan masih punya cara untuk mengembalikannya. Aku hanya sibodoh yang tak ingin pergi dari tempat dulu aku bertahta. Seperti menunggu yang tak pernah minta ditunggu. Seperti berharap pada yang tak pernah memberikan harap. Seperti berusaha menggenggam yang mati-matian ingin melepaskan .

Tak ada yang salah. Kamu dan diapun tak salah. Tak ada yang salah kurasa bila ada dua orang yang saling cinta merajut asa bersama. Tapi bisakah kalian tak mengajakku menikmati itu dalam ratap yang tak bisa kukendalikan? Bila mau pergi harusnya pergi saja. Tak perlu datang hanya untuk memamerkan betapa cinta kalian sangat sempurna.

Dan kamu sayang.. Sudah matikah nuranimu untuk mengerti bahwa tak ada seorangpun yang akan baik-baik saja saat harus dipaksa menyerahkan apa yang benar-benar ingin dimilikinya? Bila memang tak bisa lagi kembali untuk menetap disini, tak bisakah kamu mengurungkan niat menyapaku kembali hanya untuk menyiram asam pada luka yang masih basah dan menganga ini?

Maaf kalau aku tak bisa datang. Tak mungkin aku akan baik-baik saja saat harus melihat kalian saling berjanji sehidup semati. Karena dulu itu juga yang pernah kamu rencanakan saat semua cerita masih hanya tentang kita berdua. Kurasa sudah cukup kusimpan kenangan yang tak pernah lagi kamu pertimbangkan. Berbahagialah dengan apa yang sudah kamu rencanakan. 

Entah bagaimana aku nantinya. Bukankah mata Tuhan tak pernah tertutup walau sekejap saja? Dia pasti tahu seperti apa bahagiaku nantinya. Aku tak akan lagi menunggumu disini. Hati yang pernah mencintaimu dengan tulus ini juga pasti akan bahagia. Meski tak tahu akan dipertemukan dengan siapa. Asalkan aku mau sedikit ikhlas dan berusaha, Pasti Tuhan juga hadiahkan cinta yang tak kalah dengan kalian berdua.

Dan kini, padamu yang dulu pernah memintaku menemani sampai akhir masa. Kuharap kamu tak akan pernah menyesal karena telah menyakiti situlus yang tak pernah kehabisan cinta. Dan berharap selalu bisa membuatmu bahagia. Percaya sajalah.. Aku juga pasti akan bahagia..


"Silahkan menangis sepuas anda, tetapi jangan terlalu lama. Karena sesungguhnya anda harus berbahagia.." http://www.vemale.com/relationship/love/19399-putus-karena-pacar-selingkuh-berbahagialah.html




Thursday, August 27, 2015

Kamu, Impian yang Tak Sanggup Lagi Aku Perjuangkan

Tak ada aroma yang lebih bisa membuatku betah selain tanah. Karena dalam tanah harapanku rebah. Terbujur kaku tanpa hangat menyambut rindu. Aku ringkih, selepas kepergianmu yang tanpa pamit dan tak sempat berikanku pesan harus bagaimana kuhadapi dunia tanpa kamu.  Semestapun menangis, memelukku menemani detik-detik terakhir wajahmu mengudara dalam tatapanku.

Tak akan pernah ku lupa getirnya luka yang kamu tinggalkan untukku. Saat bibirmu kelu diam membisu. Tak bisa kuterima saat barisan tenaga medis menatapku penuh ratap dan berucap gagal. Dokter hanya sedih karena tak bisa menyelamatkanmu. Tapi aku? Disini, ada hati yang meradang rindu. 

Tangisku mengalun riuh memecah hening yang padahal dulu selalu mampu buat kita bercerita tentang cinta sekalipun tanpa suara. Aku terkapar dan sekarat saat yang paling selalu bisa buatku tertawa pergi dipanggil Tuhan begitu saja. Nyaris tak bisa kuterima.

Tak bisakah Kau berikan aku lima menit saja untuk berbincang hangat dengannya Tuhan? Aku hanya ingin bilang bahwa mungkin tak akan pernah kutemukan yang lebih baik dari dia yang telah Kau ambil paksa. Dan kamu. Berani benar kamu pergi setelah kamu berhasil buatku mengantungkan semua yang ku mau pada bahumu. Sungguh.. Aku patah hati tanpa tahu harus menyalahkan siapa. Ada rindu yang dipaksa lumpuh, ada harap yang dipaksa jatuh.

Kenapa tak kamu bawa saja aku pergi bersama? Percayalah, kamu bahagia yang paling aku inginkan didunia. Belum pernah kutemukan hati sesempurna kamu yang mampu membuatku tak lagi menginginkan apa-apa kecuali tetap bersamamu selamanya. Kamulah dekap yang selalu buatku merasa pulang. Ini bukan hanya perkara bagaimana aku bisa bertahan. Tapi ini tentang hati yang luka dan mungkin tak akan bisa disembuhkan.

Padamu telah kutaruh rasa percaya yang tak terhingga, kuharap kamu bisa menjaga selamanya. Tapi aku lupa, bahwa yang terbesar didunia ini bukan hanya kekuatan cinta tapi Pemilik seluruh semesta. Harusnya tak pernah ku minta pada Tuhan untuk membuat kita bisa bersama selamanya, karena bukankah pisah selalu jadi akhir dari setiap kebersamaan? Andai dulu ku minta padaNya untuk bisa buat aku tak sesakit ini bila memang akhirnya pisah harus kuhadapi didepan pintu. Mungkin aku tak akan serapuh ini.

Tangisku mengisi setiap celah dinding kamarku. Dulu saat ratap berkecamuk dalam isak tangisku, kamu pasti sesegera mungkin datang dengan kacau dan memelukku untuk membuat semuanya kembali tenang. Tapi kini justru kamulah liang kecemasan, yang dulu selalu dengan teduh ku semayamkan dalam hening malam. Berharap kita bisa dipersatukan dalam bahagia yang paling kita impikan. Tapi kini, kamulah impian yang tak sanggup lagi aku semogakan. Kamulah cahaya yang meredup sebelum aku sampai pada tujuan.

Tuhan.. ku mohon sampaikan salam rinduku pada dia yang tak sempat memberiku kecup perpisahan. Adakah dia bisa tenang disana saat malam datang sekalipun tanpa kabar yang aku lontarkan? Semoga saja. Dan untukmu yang tak lagi bisa ku pertahankan. Kamu harus tahu. Kamulah cinta yang sulit kutemukan ujungnya. Semoga kamu tenang bersamaNya. Percayalah, ada rindu yang luar biasa disini untukmu. Semoga sapaku dalam doa bisa dipertemukan denganmu disurga sana.



"...manisnya cinta bercampur pahit getir. Bayangan dirimu seakan abadi terukir." https://kumpulancerpenlengkap.wordpress.com/2011/10/21/ditinggal-kekasih/#more-21




Wednesday, August 19, 2015

Untukmu Negeri Maafkan Kami

Dengan mulut lantang kami mengaku telah merdeka. Padahal tingkah laku kami tak menghargainya. Jutaan ucapan selamat kepadamu negeri tercinta terlontar dari mulut kami yang kadang tak sejalan dengan tindakan sehari-hari. Entah apa sebenarnya makna merdeka yang kami pahami.

Padahal banyak merdeka-merdeka lainnya telah terenggut dari pemilik seharusnya. Kami memang mungkin tak ikut merampas. Tapi juga tak membantu melepaskannya. Atau paling tidak mensyukuri dengan sesungguhnya merdeka yang telah kami terima.

Sayang sekali, kami merdeka sementara dia tidak. Dengan langkah gontai sibudi kecil yang harusnya telah lelap dalam dekap dengan dongeng dari sang ibu justru menyusuri jalan mencari makan bahkan dalam tong-tong pembuangan kafe tempat kami melempar tawa. Mulutnya meringis menahan perih yang memenuhi perutnya.

Lapar adalah hal bisa yang selalu diperbincangkannya pada udara yang berputar disekitarnya. Tuhan? Dia pernah dengar nama itu. Tapi tak pernah melihat seperti apa wujudnya. Hati memang bertanya lantaran banyak orang berkata Dia luar biasa. Tapi tak ada seorangpun yang ingin memperkenalkannya. Bagaimana bisa? SiBudi kecil sayang Budi kecil yang malang. Sejak tangis pertamanya didunia ia bahkan tak pernah tahu seperti apa wajah ibu bapaknya.

Sesekali ia menyentuh perut buncitnya. Bukan, bukan karena kenyang. Mungkin angin malam yang memenuhinya. Senyum kecilnya mengurai saat mata tulusnya melihat pegawai kafe menyeret plastik hitam besar dan mencampakkannya dalam tumpukan sampah. "ah! Makan malamku datang." Ia berlari menghampiri. Ada sepotong steak bekas dan beberapa potong kentang disana. Ia membungkusnya dalam pakaian lusuh yang melekat ditubuhnya.

Budi kecil berlari dan berjingkrak kegirangan. Menyusuri trotoar dan berhenti pada sebuah kolong jembatan kota. Dan mulai menyantap makan malamnya. Budi merasa sangat senang. Untung saja ada banyak orang baik yang manyisakan sedikit makanan baginya. Paling tidak untuk malam ini. Masalah lapar besok itu urusan nanti.

Inikah merdeka? Tak jarang kami mengeluh atas hidangan yang telah disediakan dimeja makan. Bukan syukur yang terucap tapi celoteh -celoteh hinaan yang kerap membanjiri mulut kami. 
"Terlalu asin." 
"Ah kurang matang." 
"Ngga suka sama sayurnya." 
Apa yang kita tak suka padahal budi merasa itu berkat yang luar biasa.


Adakah merdeka dalam dirinya? Maafkan kami Ibu pertiwi. Kami lupa, Budi juga harusnya ikut merdeka. Maafkan kami para pahlawan, kami lupa bahwa pengorbanan kalian juga milik Budi ini dan yang lainnya.

Saat kami begitu rakus melahap setiap rejeki yang ada didepan mata kami. Atau bahkan sesekali kami melakukan segala cara untuk memperolehnya. Budi kecil asal bisa makan tiga kali sehari saja sudah merasa cukup. Sangat cukup.

Maafkan kami negeri, yang acap kali menelan apa yang bukan hak kami. Menciptakan lubang-lubang kesengsaraan bagi budi demi kemakmuran hidup kami. Maafkan kami yang berpesta pora diatas rasa pedih yang bergelayut dalam getir hidup budi. Kami berdasi, berpakaian rapih. Tapi hati nurani kami mati.

Terkadang kami mengeluh ini itu. Mengatakan kau sudah rapuh hancur berantakan. Membandingkanmu dengan negeri yang mungkin jauh lebih bisa beri kami kemakmuran. Padahal, andai mau sedikit saja merenung. Tangan kami sendiri yang telah membuatmu jatuh terpuruk. Kehilangan taring dihadapan dunia. Kau cacat dan kami seakan tak perduli. Padahal dari perutmu kami mengais rejeki.
  
Sungguh ibu pertiwi kami sangat mencintaimu. Karena itu kami selalu menggerogotimu. Kami merusak tanpa pernah memperdulikanmu sebagai pesakitan yang rindu binaan. Tenang saja. Kami tak akan lupa hari kebebasanmu. Kami akan selalu merayakannya. Mulut kami akan selalu mengucap kata merdeka dihari itu. Tapi itu saja. Kami tak bisa berbuat lebih.

Dunia nyata kembali memanggil. Persaingan hidup kembali harus kami hadapi mati-matian. Saling sikut asal bisa terus maju adalah harga mati. Kalau bisa mereka yang coba menghalangi akan jatuh teringsut dalam pijakan kami. Tenang saja ibu pertiwi kami tak akan pernah lupa hari besarmu. Percayalah kami mencintaimu. Dengan segala keserakahan kami.

Berhentilah menangis negeri yang kami kasihi, kami tak cukup peka mengerti apa yang engkau rasa. Sungguh, bagimu negeri kami mengabdi. Bagimu negeri kami mencintaimu dengan tidak perduli. Merdeka!


"Berbagai isu ketidakadilan pemerintah juga sering kita layangkan , selain mengundang simpati juga untuk wacana sosial." http://www.nurulhabeeba.com/2012/09/ceria-bersama-anak-jalanan-di-hari.html

Tuesday, August 18, 2015

Pada hatimu kuharap pencarianku tergenapi

Tak perlu banyak menunggu. Dipertemuan pertama kita aku sudah yakin bahwa hati ini telah memilih kamu. Aku berharap begitu juga dengan mu. Kamu yang sebelumnya pernah memilih tapi disakiti dan aku yang pada hati sebelumnya pernah begitu percaya kemudian dikhianati semoga kita bisa saling melengkapi.

Sekalipun tawamu seakan ingin mempertegas pengakuan rasa bahagia. Tapi tahukah kamu, aku bisa merasakan pilumu saat mata kita saling bertemu. Sesekali tatapan sendumu menggetarkan ruang dihatiku. Jujur ku akui aku ingin tetap disini, berada dekatmu dan memastikan semuanya baik-baik saja.

Memang tak mudah untuk menarik walau sedikit saja perhatianmu. Tapi bukankah usaha dan doa berkemungkinan untuk berbanding lurus dengan hasilnya? Kumohon jangan terlalu keras menutup hati, aku hanya ingin masuk dan coba membenahi. 

Kulihat ada beberapa luka menganga disana. Dan cerita kenangan yang dapat dengan jelas terbaca. Aku tak akan memaksamu membuang itu semua. Karena bagiku pengalaman buruk itulah yang membuatmu bisa menawan bahkan saat diawal kita saling sapa. Tapi untuk lukanya, bolehkah aku coba mengobati dan berusaha menyeimbangkan semua yang terlanjur acak-acakan?

Tak perlu buru-buru berkata tidak. Percayalah, pada hatiku kamu akan temukan apa itu cinta. Aku memang tak sempurna, tapi kupastikan padamu gadis yang biasa saja ini pasti bisa membuatmu bahagia. Dan ku mohon jangan banyak tanya, aku mencintaimu dari kaki sampai ujung kepala.

Meski tak bisa berjanji selamanya bisa bersama, tapi selagi cerita ini masih tentang kita, selama itu juga aku akan bersedia jadi tempatmu pulang dan berteduh, saat perjalanan hidup tak melulu seperti yang kamu mau. Dalam pelukku kamu akan tahu seperti apa itu nyaman dan kecocokan.

Jangan menghalauku aku hanya ingin menemanimu. Duduk bersama. Meski tak ada satupun kata yang terucap mewakili rasa. Sungguh.. Aku hanya benar-benar ingin disini. Bukankah menakutkan harus menghadapi pilu sendirian? Tak perlu ragu, bersandar dipundak kemudian bercerita tentang rapuhnya kamu saat jatuh dalam keterpurukan, tidak serta merta membuatmu tampak lemah. Aku benar-benar mengerti, kamu hanya manusia biasa. 

Jangan juga kamu terlalu menyalahkan keadaan atau mempersalahkan mereka yang pergi sekalipun tanpa pamit yang sopan. Percaya saja, bahwa yang tak layak bersatu pasti akan tetap dipisahkan Tuhan dengan cara yang kadang memang terasa kurang nyaman.

Bila kini waktu mempertemukan, aku yakin ini bukan karena kebetulan. Pasti ada rencana luar biasa dibalik semua coretan pena Tuhan dalam hidup kita. Tetaplah ditempatmu, aku tak ingin mengganggu. Hanya berusaha melengkapi, mungkin saja memang tulang rusukmu lah yang dulu telah dipilih Sang pencipta agar aku menemanimu menua bersama.

Jangan gusar, aku akan tetap sabar. Aku yakin jodoh tak akan pernah tertukar. Bila memang kelak kita hanya diijinkan untuk saling singgah. Darimu aku banyak belajar tentang tabah. Tak perlu gelisah, cinta memang tak perlu tergesa-gesa. Entah kita akan jadi yang merasa beruntung karena saling menemukan atau yang nantinya akan mati-matian berusaha saling melupakan. Sungguh, perkara tentang nanti biar tetap jadi rahasia Tuhan

Jika waktu ini diberikan bagi kita. Apa salahnya kalau kita sama-sama melepas tawa. Tak ada jaminan memang kamu dan aku akan selamanya bahagia bersama. Tapi kalau hari ini masih milik kita, bukankah tak ada yang lebih indah selain bisa sama-sama menulis cerita? Percaya sajalah sayang, bila memang kita lahir untuk bersama, semesta juga tak akan bisa berbuat apa-apa.

Dari gadis, yang mencintai segalamu.



"Dalam pelukku kamu akan tahu apa itu nyaman dan kecocokan.." http://www.sapujagat.com

Thursday, August 13, 2015

Karena sesungguhnya, menikah sekarang ataupun nanti asalkan bisa bertemu dengan orang yang tepat, semua pernikahan pasti akan tetap terasa hebat.

"Jangan banyak pilih.. Nanti jadi perawan tua loh.."

Tak tahukah kalian ucapan itu membunuh kebebasanku? Tersita sudah waktuku hanya untuk memperbaiki hati yang menjerit karena ucapan itu. Entah kesepakatan darimana bahwa wanita yang sudah menyentuh kepala dua harus sesegera mungkin menuntaskan masa lajangnya. Bagaimana mereka bisa merasa paling tahu bahwa waktuku sudah habis untuk menggapai mimpi sendirian? Bukankah nanti tak ada bedanya mereka yang menikah diusia muda dengan mereka yang lebih dewasa? 

Bukankah seharusnya asal bisa berhenti pada orang yang tepat, pernikahan akan tetap terasa hebat? Tak perduli sudah menunggu dalam waktu panjang, bila yang saling menginginkan sudah disandingkan adakah perbedaan kebahagiaan ku dengan kalian yang menikah duluan? Jadi berhentilah berbicara seolah-olah kalian telah mencapai kesempurnaan. 

Salahkah bila aku hanya ingin membuka kembali pintu hati bagi dia yang hadir tanpa ingin pergi lagi? Salahkah bila aku hanya tak ingin terluka untuk alasan yang sama meski dengan orang berbeda? Salahkan bila sampai saat ini belum ku temukan perhentian terakhirku yang membuatku berhenti berjalan sendiri? Kumohon.. tak perlu lagi kalian menjadikan aku bahan pembicaraan kalian diwaktu senggang. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang ingin hidup sendirian. Tapi bila waktuku sendiri belum tiba, haruskah aku memaki Sang Esa karena tak kunjung dihadirkan dia yang akan menemaniku hingga akhir masa?

Pada akhirnya semua hanya tentang seberapa siapkah aku membagi hidupku dengan dia yang memang sudah dipilih Tuhan. Tak ada yang lebih indah dari pernikahan yang mengantarkan kita pada pertemuan dengan dia yang datang bukan hanya untuk menyapa, tapi memilih duduk disamping kita. Membicarakan banyak hal sampai malam tiba dan berpisah hanya karena harus ada yang lebih dulu berhenti terjaga.

Aku hanya perlu menunggu sambil terus berbenah diri. Menikmati setiap proses perkembangan diri yang semakin hari semakin ditangguhkan waktu. Sampai dia datang mematahkan semua pendapat kalian tentang takaran kebahagiaan. Sampai janjinya untuk tetap bersama dalam susah maupun senangku terucap dihadapan Tuhan dan kalian yang selalu bergunjing tentang keterlambatanku mengakhiri masa lajang. Untuk saat ini anggap saja kita punya cara berbeda untuk berbahagia.

Kalian yang merasa lebih baik kehidupannya karena telah dapat mengabadikan gambar diri dengan bayi dalam kandungan tak perlu tertawa sinis padaku yang masih lebih memilih untuk terus menekuni hobi. Karena bagiku berkumpul dengan sahabat sampai larut malam sambil bertukar ide dan canda juga tak kalah menyenangkan.

Dan untuk para orang tua yang buah hatinya sudah dapat berkunjung kerumah membawa cucu mereka. Kurasa kalian tak perlu memojokan orang tuaku atau memandang remeh mereka kemudian berkomentar 'mungkin anaknya tidak ada yang mau'. Percayalah, sekalipun masih sendiri akupun bisa membuat mereka tertawa bahagia sampai meneteskan airmata. Bukankah itu sama? Intinya mereka bisa merasa bahagia karena telah melahirkanku kedunia. 

Jadi kumohon berdamailah dengan perjalan hidupku. Atau paling tidak berhentilah mencampuri apa yang bukan urusanmu. Karena sesungguhnya menikah sekarang ataupun nanti asalkan bisa bertemu dengan orang yang tepat semua pernikahan pasti akan tetap terasa hebat. 


"Putus cinta begitu hebat mengobrak-abrik hdupku. Tapi, setidaknya aku massih menjalani hidup seperti biasa - mengunyah makanan atau pergi bekerja." http://www.yuniarwijananto.com/kepada-cinta-sejati-yang-tak-terganti.html


Untukmu yang tak kusangka dengan tega memasukan dia dalam cerita kita

Terimakasih sudah meneteskan airmata atas perpisahan kita. Tapi sungguh bagiku itu sudah tak berguna! Apapun yang kamu dan dia lakukan dibelakangku sesungguhnya aku sudah tahu semua.

Pada suatu siang saat kita makan direstoran. Kemudian tanpa sengaja dia lewat dan kamu tawarkan dia untuk bergabung dalam makan siang kita. Kalian saling melempar senyum, aku bisa lihat ada cinta dimata kalian berdua.

Saat aku berpamitan untuk merapikan pakaianku kekamar kecil. Tak tahukah kamu, aku mengintip dari balik pintu? Kamu membelai kepala kemudian mencium keningnya. Sahabat yang kukenal sejak delapan tahun yang lalu. Sahabat yang kupersilahkan tinggal bukan hanya dirumahku tapi juga masuk dalam setiap kehidupanku. Aku menggigit getir bibirku. Sudah hilangkah aku dari fikiranmu? Sudah tuntaskah cerita kita? Padahal aku masih betah berada didalamnya.

Kamu yang sebelumnya berjanji untuk selalu disisi kenapa justru meninggalkan tempat yang pernah sama-sama kita diami. Kenapa harus dengan dia yang dulu selalu memelukku saat pertikaian kita membuatku tak bisa tidur sampai pagi menghampiri. Kenapa kamu renggut semua yang ku anggap begitu berharga?

Malam minggu yang seharusnya kamu berikan untukku tapi malah kamu habiskan untuk membuatnya tertawa bahagia sepanjang hari. 'Aku sedang tak ingin kemana-mana.' Itu ucapmu. Kuketuk pintu kamar sahabatku. Iya.. Sahabat terbaikku. Dengan niat menceritakan getir rinduku padamu. Tapi kulihat dia disana sudah rapih dengan riasan diwajahnya. 

Pipinya merona, senandung kebahagiaan terlantun melalui bibirnya yang dulu selalu bisa membuatku tenang saat menghadapi berbagai masalah. 'ingin pergi dengan teman.' Dia coba jelaskan. Harusnya aku tak perlu curiga apa-apa. Tapi mungkin semesta selalu punya cara untuk menyingkap drama meski tertata dengan sempurna. Kulihat kamu dengan dia duduk dikafe tempat kamu dan aku biasanya menghabiskan kopi sambil bercerita.

Kamu tahu? Aku berharap Tuhan mencabut nyawaku saat itu. Duniaku yang sebelumnya selalu kamu buat berwarna. Kini semuanya terasa gelap tanpa cahaya. Tak kusangka dialah penyebab kamu berubah. Apa yang ada dalam benaknya saat aku menceritakan bahwa kamu mulai tak terlalu mengindahkan keberadaanku? Tertawa kah?

Aku menangis disudut kamar. Diapun pulang dan mendapatiku meringkuk dalam isak tangis yang memilukan. Mungkinkah aku menceritakan luka pada penyebabnya? 'Rindu mama' hanya itulah alasanku yang membuatnya percaya. Dia memelukku. Sungguh.. itu pelukan yang paling menyakitkan yang pernah aku terima.

Saat dia dikamar mandi. Kucoba beranikan diri membuka handphonenya. Entah sejak kapan kalian berteman diBBM. Ah aku ingat! Dia pernah membahas statusmu padaku. Aku sempat bingung tapi kulupakan begitu saja. Sudah cukup lama juga ya kalian membagi cinta dibelakangku..

'Tiket sudah siap. Kita bisa liburan sepuasnya. Ingat. Jangan sampai dia tahu.' itu pesan terakhirmu dipercakapan kalian malam itu. Tak lupa juga kamu sisipkan kecupan hangat yang sebelumnya hanya milikku. Pantas saja. Dia membeli sebuah koper lucu. Dia dalam percakapan kalian akukah itu? 

Cukup sudah. Akulah sibodoh yang berharap semuanya masih bisa ku perbaiki. Tak pernah kuhampiri kamu saat sedang memeluknya didepan pintu rumahku. Semata-mata karena aku masih terlalu mencintaimu! Aku berharap dapat mempertahankan semuanya. 

Tak kamu sadarikah aku mulai banyak berubah? Aku berusaha menjadi seperti dia, tempat hatimu berpindah sesaat setelah meninggalkanku. Aku masih berusaha mati-matian mempertahankan apa yang sebelumnya selalu dengan hangat kita perbincangkan.

Tapi kurasa cukup. Aku tak ingin lagi menyentuh hidupmu. Pergilah. Bawa dia sejauh-jauhnya. Tak mungkin kubiarkan hama hidup dalam kebun yang selalu kujaga. Kumohon menjauhlah.. untuk alasan apapun, aku harap aku tak akan pernah melihat kalian lagi. Entah itu dalam keadaan bahagia ataupun terhimpit karma.

Pergilah! Bawa semua cerita cinta yang sebelumnya selalu membuatku tersenyum bahagia. Tak perlu menangis untuk menjelaskan apapun. Aku sudah tahu semuanya. Terimakasih kuucapkan pada kalian. Terimakasih karena pernah menggurat luka pada hati yang cukup tulus memberi sayang. Semoga kelak kalian membayar apa yang telah kalian lakukan.

Dariku, yang pernah berharap dapat meniti masa depanku bersama kamu..


"Semuanya berakhir sampai disini. Terimakasih atas kenangan indah yang telah kau hadirkan dalam hidupku."
http://www.detikcinta.com/2014/02/kata-kata-sedih-kecewa-patah-hati-karena-mantan-pacar.html



Wednesday, August 12, 2015

Bila waktunya sudah tiba, aku pasti akan menikah juga

Apapun yang kalian pikirkan tentang aku, tak bisakah kalian bergeser sedikit saja dari kehidupan pribadiku? Sejatinya pernikahan juga salah satu tujuan hidupku. Jadi tak perlu banyak bertanya. Tentang kapan dan siapa, atau ingin yang seperti apa. Perjalananku sekarangpun sudah mengarah kesana.

Bukankah hidup pada hakekatnya bercerita tentang memilih? Sudikah kalian memberi aku ruang untuk lebih leluasa memilah, mana diantara mereka yang datang dengan serius atau hanya ingin bercanda? Karena bagiku jauh lebih baik aku membiarkan hati ini menunggu seseorang yang tepat untuk dijadikan rekan menghadapi masa depan, daripada harus menghabiskan banyak waktu dengan orang yang salah, yang hanya akan mengunci kebebasanku.

Berhentilah menilaiku ini itu. Entah tentang aku yang terlalu pemilih atau orang tua yang terlalu memiliki standar cukup tinggi bagi mereka yang ingin mengambilku dari sisi mereka. Adakah orang tua yang tak menginginkan kebahagian bagi anak-anak mereka? Jadi ku mohon berhentilah merasa paling tahu apapun tentang aku. Sungguh.. menikah sekarang ataupun nanti itu sama sekali bukan bagian kalian.

Aku percaya bahwa Tuhan punya skenario indah. Tiap apapun yang dipahat oleh tanganNya pasti jadi karya yang luar biasa. Jadi untuk apa membantah atau mendesakNya mempercepat segala sesuatu jadi seperti yang kalian mau. Adakah jaminan kalian yang dijari manisnya telah melingkar cincin dengan label penyatu bisa lebih tertawa bahagia dibandingkan aku?

Bila mau sedikit saja menikmati, bukankah tiap tahapan perjalanan hidup itu selalu patut membuat kita berdecak kagum dan bersyukur atas rencanaNya? Kalau aku sendiri menikmati perjalananku yang seperti ini, kenapa kalian harus dengan rela membuang energi hanya untuk mencibiri apa yang sudah Tuhan kehendaki?

Ayolah.. Ini bukan hanya tentang kutemukan dia yang berbeda jenis kelamin denganku kemudian berucap cinta. Tapi padanya bisa kutaruhkan rasa percaya, jutaan harapan dan perhatian yang ku harap tak akan habis termakan usia. Aku berharap dalam dadanya kutemukan dekap yang mampu menghangatkan, saat perjalanan dunia kurasa mulai terlalu dingin untuk diteruskan.

Dia yang bersedia berhenti padaku saja. Dia yang sudah bisa merasa cukup saat telah menemukanku. Dan tak pernah lelah mengajarkanku untuk jadi yang paling dia mau. Juga tak inginkan perpisahan sekalipun debat terhebat nantinya singgah dalam kebersamaan kami. Jadi ku mohon pada kalian, agar tak terlalu mendikte apa yang harus aku lakukan. 

Toh kalaupun waktunya sudah tiba, aku juga akan mengajak kalian bersuka cita bersama. Akan ku perkenalkan dia pada kalian yang selalu merasa penasaran. Jadi bersabar sajalah! Beri aku waktu untuk menjalani semua proses ini dengan lega. Memantaskan diri bagi dia yang namanya akan tertera bukan hanya dalam doa tapi hatiku juga. Dia yang karena rusuknya aku bisa hadir kedunia. Jadi tunggu saja. Wanita ini, bila waktunya sudah tiba pasti akan menikah juga.


"Jangan menganggap bila semua teman telah menikah, maka anda perlu melakukan hal yang sama juga. Menikah bukan perkara mudah atau gengsi." http://health.liputan6.com/read/2196266/10-alasan-keliru-bagi-wanita-untuk-menikah





Monday, August 10, 2015

Untukmu mama, yang begitu ingin aku sesegera mungkin membawa calon menantu kehadapanmu.

Cukup mereka saja mama yang bertanya ini itu tentang alasan mengapa aku lebih ingin sendiri sampai saat ini. Aku dapat sangat maklum apapun pendapat mereka tentang aku, karena kurasa mereka tak pernah mengenal aku sebagaimana mama mengenalku. Mama yang sejak aku dalam kandungan sudah lebih dulu mengajak aku membicarakan banyak hal sekalipun aku sendiri belum mampu mengerti tiap katamu.

Bisakah mama sedikit lebih menyederhanakan bahagia? Mendukung apapun keputusanku seperti papa yang selalu berkata iya saat aku ingin merenda karya? Aku mencintaimu mama.. Tak pernah terbersit sedikitpun pikiran dalam benakku untuk tak ingin membahagiakannmu.

Ku mohon percayalah padaku. Aku sendiripun tak ingin selamanya begini. Tapi bisakah mama berikan aku ruang untuk bernafas dan tertawa bahagia dengan tidak mendapat pertanyaan 'kapan kamu menikah?' Bukankah mama sendiri sudah akrab dengan kisahku sebelumnya? Masih ingatkah mama, kalau dulu aku pernah membawa kerumah pria yang dulu sempat membuatku percaya dan berniat menghentikan pencarianku selamanya? Puterimu ini masih cukup terluka mama. 

Pernikahan bukan hanya tentang sebuah janji dihadapan Tuhan kemudian menggelar resepsi sekedar untuk membuat dunia tahu bahwa telah ku temukan tempat ternyaman untuk pulang. Tapi ini tentang bagaimana kehidupanku setelah itu. Bisa mama bayangkan, yang akan kupilih adalah dia yang akan bersamaku selamanya, bagaimana bila pada akhirnya aku salah pilih? Sanggupkah aku menggerogoti kebahagiaanmu dengan cerita pilu bersama dia yang awalnya memberi cinta dengan luar biasa tapi akhirnya membuatku selamanya tak bisa lagi tertawa?

Ku mohon bersabarlah mama.. Cinta juga perlu diuji. Yang kucari bukan cuma sekedar suami. Tapi rekan yang dapat diandalkan. Ayah yang hebat bagi anak-anak kami nanti. Dia yang selalu mengajakku bertarung bersama untuk menaklukan dunia. Dia yang tak akan pernah bosan berbicara denganku sampai masa tua kami tiba. Kurang dan lebihku sanggup dia terima dengan lapang dada. Dia yang akan tetap jatuh cinta padaku saat rambutku memutih, pendengaran, penglihatanku, dan ingatanku memudar, juga saat mulutku tak cakap lagi memanggilnya sayang.

Bukankah emas yang murni tak akan dengan mudah ditemukan begitu saja? Beri aku sedikit waktu untuk lebih mengenal dia yang datang. Agar aku tahu bukan hanya mampir yang diinginkannya. Tapi juga menua bersamaku adalah impiannya. Lagipula, aku masih punya banyak mimpi yang ingin kuraih dengan tujuan membuatmu dan papa tentunya, tersenyum bahagia. 

Tersenyumlah mama. Sekalipun dulu aku terluka, bukan berarti aku tak ingin hidupku disentuh oleh cinta. Kelak dia yang paling ku yakini untuk mendampingi akan kuperkenalkan pada kalian. Percaya saja, bahwa Penguasa semestapun tak akan membiarkan aku sendiri selamanya. Bila aku mau sedikit saja bersabar, pasti akan ku temukan dia yang hatinya adalah pintu tempat aku berhenti mencari dan menetap disana.


Dariku, putri pertamamu yang ingin membuatmu bangga.



"Perempuan itu enggak akan menyadari betapa berharganya seorang ibu, sampai nanti ia sendiri memiliki anak dan menjalani kehidupan sebagai seorang ibu..."


Read more: http://www.rosediana.net/2015/06/13-hal-yang-membuat-perempuan-begitu-menyesal/#ixzz3iOhY1x1w




Thursday, August 6, 2015

Sudah tak bisakah kamu temukan bahagia bersamanya hingga kini kamu datang lagi?

Hei kamu, kenapa kembali lagi? Apa karena dia yang dulu kamu pilih telah menyakiti? Sangat aku sayangkan. Sekalipun kamu bilang kembali dengan maksud untuk memperbaiki hati yang dulu kamu lukai, untuk saat ini bukan kamu lagi yang aku ingini. Kalau boleh jujur, sesungguhnya aku bahkan tak ingin melihatmu lagi.

Kamu tentunya masih ingat bukan. Saat kamu berteriak padaku dipinggir jalan? Kamu bilang akulah mahluk paling merepotkan. Akulah orang yang paling tak mengerti semua kesibukanmu. Akulah manusia yang paling tak bisa diam. Kebawelanku bahkan bisa melebihi ibumu. Seandainya dulu kamu mau sedikit bertanya kenapa aku begitu. Percayalah, aku hanya mengkhawatirkanmu. 

Dulu aku sangat mencintaimu. Aku rela hujan-hujanan demi untuk mengantarkan makan siangmu. Akulah yang selalu menelponmu untuk sekedar mengingatkan, kalau ibumu yang jauh disebrang pulau sana pasti sedang duduk termenung menunggu kabarmu, saat kamu terlalu sibuk dengan semua aktivitasmu. Aku juga tak pernah merasa keberatan menjengukmu dirumah saat sebulan lebih tak ada satupun kencan direncanakan untukku. Aku bahkan hanya diam, menunggumu disudut kamarmu saat kamu berkutat dengan semua pekerjaanmu. Tak bicara sepatah katapun, kemudian pulang tanpa sempat berpamitan karena kamu sudah tidur, tenggelam dalam tumpukan kertasmu.

Aku juga tak pernah mengeluh saat kamu lebih memilih berkumpul dengan teman-teman ketimbang menemui aku yang bahkan kabarnyapun tak pernah kamu tanya sekalipun melalui pesan singkat. Aku juga yang merawatmu semalaman saat tubuhmu mulai kalah dengan rasa lelah. Tak jarang kamu memarahiku karena aku kurang cakap dalam mencuci dan melipat bajumu. Harusnya aku tahu, kamu selalu ingin terlihat sempurna dalam acara apapun. Aku minta maaf yah untuk itu.

Kamu juga memarahiku saat aku meyusulmu ketempat dimana kamu dan teman-temanmu bertukar canda. Andai kamu tahu, saat itu aku benar-benar sedang rindu. Kamu juga membentakku, saat aku memohon untuk dijemput selepas jam kerja saat lembur membuatku tak bisa meninggalkan kantor tepat waktu. Mungkin kamu saat itu tak melihat, waktu menunjukkan pukul 23.00 malam. Aku takut pulang sendiri. sangat takut.. 

Ingatkah kamu? untukmu, aku pernah melakukan itu semua.

Dulu kamu bilang 'dia' jauh lebih baik dari aku. Baiklah. Aku sangat mencintaimu. Apapun akan aku lakukan demi untuk melihatmu bahagia. Sekalipun aku harus menggurat luka pada hatiku sendiri saat melihatmu pergi bersamanya.. Sekalipun mungkin itulah alasan mengapa sampai saat ini aku masih ingin sendiri. Perpisahan denganmu membuat aku merasa takut untuk memulai dengan siapapun. Bukan takut jatuh cintanya, tapi takut menghadapi keadaan bila aku kembali harus kecewa.

Kini kamu kembali, memohon agar aku berkenan merajut apa yang pernah dengan susah payah aku tinggalkan. Kamu bercanda? aku bahkan benar-benar tak ingin melihatmu lagi. Lalu bagaimana bisa aku memaksa hatiku untuk kembali terbiasa disakiti?

Berhentilah disana. Aku tak ingin kamu mendekatiku lagi. Berhentilah menceritakan betapa bahagianya kita dulu. Karena seingatku, Dari awal pertemuan sampai kamu berikan perpisahan, akulah yang paling berjuang. Sendirian!

Bila sampai saat ini aku masih memilih sendiri, itu bukan berarti aku masih menunggumu. Aku hanya berusaha mencari dia yang datang bukan dengan kesempurnaan seperti kamu dulu. Ya! Seperti kamu.. Aku masih ingat, ada begitu banyak wanita memujamu. Ingin ada ditempat aku dulu berada. Aku rasa, ini saatnya aku mencari yang biasa saja, tapi tak akan membuatku kecewa. Yang tidak akan menghiasi tiap malamku dengan airmata.

Ku mohon pergilah. Aku tak ingin melihatmu lagi. Berbahagialah dengan hidupmu. Seperti aku yang akan mencari bahagiaku tanpa kamu. Bila dulu inginku begitu kuat untuk menjadi masa depanmu. Kini kamu hanya penggalan cerita yang sudah lama aku tinggalkan. Buku usang yang tak ingin aku baca lagi. 

Semoga kamu temukan dia yang sempurna. Tapi sungguh, tak ada manusia yang sempurna. Carilah dia yang bisa melengkapimu agar kamu tak perlu melajang selamanya. Selamat tinggal kuucapkan untukmu. Yang tak ingin lagi aku jumpai, dalam keadaan apapun. Terimakasih karena pernah mengajarkan aku bertahan dalam kesendirian. 

Dariku, yang tak akan pernah lupa sakitnya ditinggalkan begitu saja. 

Aku hanya belajar mengingat "... aku bukanlah satu-satunya orang yang pernah mengalami patah hati."
http://www.fanind.com/2013/12/tips-cara-mengatasi-patah-hati.html

Tuesday, August 4, 2015

Untukmu, sepenggal kisah usang yang sulit aku lupakan

Berhentilah berlari, karena aku sudah berhenti. Tak perlu lagi kamu menghindariku, aku sudah memutar arahku dan mulai meninggalkanmu. Bukan karena tak ada lagi cinta, tapi karena aku sadar bahwa tidak semua yang ku mau harus dengan mati-matian ku perjuangkan. Mungkin kamu merasa paling dibutuhkan sampai kamu lupa aku juga tak mungkin selamanya bertahan.

Saat aku jadikan kamu satu-satunya, kamu malah jadikan aku bagian kecil dari rentetan pilihan yang hadir dalam hidupmu. Saat aku masih merasa semuanya baik-baik saja kamu justru seolah memaksaku sadar bahwa cintamu sudah tak lagi sama. Entah karena apa. Seingatku, selama kita bersama aku selalu mengikuti apa yang kamu mau. Tak kusangka itu justru yang membuatmu tak ingin lagi merangkai cerita denganku. 

Masih ingatkah bagaimana dulu kamu memintaku menjadi sosok yang kamu bilang 'melengkapimu'? Kenapa tak kamu coba mengusirku dengan cara manis seperti itu? Kenapa kamu justru seolah membuangku seperti pakaian lusuh yang tak ingin kamu kenakan kembali? Tak kusangka dalam kisah ini akulah yang pada akhirnya kalah, sebelum aku sendiri sadar bahwa permainan telah dimulai. 

Bonekakah aku dimatamu? Yang menurutmu keberadaanku punya musimnya sendiri? Kamu sungguh terlalu! Kini kuucapkan terimakasih padamu yang dengan tega merusak boneka yang dulu selalu berhasil kamu buat tertawa tanpa jeda. Yang dulu kabarnya selalu paling kamu rindu. Yang dekapnya selalu kamu bilang sanggup meredakan kegelisahanmu.

Boneka ini akan pergi sekalipun dengan langkah yang tertatih, karena kamu tak pernah mengajarkannya berdiri sendiri. Kamu membuatnya bergantung dalam genggamanmu sebelum akhirnya menyeret dia pergi dari tempat tinggalnya selama ini. Entah akan ku temukan pemilik baru atau aku hanya akan tergeletak ditrotoar, aku rasa kamu sendiripun tak akan pernah perduli. Tapi percayalah, aku tak akan pernah mengganggumu lagi.

Masalah cinta kurasa kamu tak perlu tanya apa-apa. Ya! aku sangat cinta. Tapi bukankah memperjuangkan cinta hanya dengan dua tangan dan satu hati sangat menyakitkan? Kamu tak perlu mencari jutaan cara untuk menghindar, karena aku benar-benar sudah berhenti darimu dan melangkah meninggalkan cerita yang dulu selalu aku baca berkali-kali.

Sejujurnya, merasa tertolak jauh lebih baik daripada dicari hanya saat kamu membutuhkan. Akulah pelengkap penderita dalam cerita yang kamu buat sendiri. Harusnya kamu tahu sayang.. dengan aku selalu berusaha ada untukmu bukan berarti aku akan tetap seperti itu. Bila dulu kamu yang membuatku selalu merasa jadi satu-satunya, kenapa kini aku yang paling ingin kamu singkirkan? 

Pergilah kalau kamu memang ingin. Aku juga tak akan berhenti disini. Semoga kelak kamu bahagia dengan semua pilihanmu. Tak perlu berfikir aku tak akan bahagia tanpa kamu. Bila dulu saat bersamamu aku punya segudang alasan menangis sepanjang malam, kini aku hanya perlu berusaha mencari alasan untuk tertawa bahagia. Paling tidak aku sadar karena kamu yang selalu melukai aku dengan keangkuhamu tak lagi ada dalam cerita hidupku.

Selamat jalan sayang.. Semoga kamu tak akan kembali ketempat itu. Tempat dimana aku pernah menunggumu sendiri dalam gelap, saat kamu lebih memilih tertawa bersama mereka yang menurutmu tak semerepotkan aku.



Salah satu hal yang menyakitkan tentang patah hati adalah dia tak pernah berteriak hingga tak ada yang mendengarnya, kecuali dirimu sendiri 
http://www.gambar-katakata.com/kata-patah-hati/




Monday, August 3, 2015

Kalau kita bisa saling cinta, kenapa seolah tak ada jalan untuk bersama?

Aku mencintaimu saat pertama kali bertemu. Enam tahun yang lalu. Kamulah satu-satunya yang hadir dan tak ingin pergi dan sanggup mencintaiku tanpa syarat. Datang dengan cinta yang mampu menyederhanakan semuanya. Meski aku sendiri sadar mungkin tak selamanya sanggup memilikimu, lantas aku bisa apa?

Hatiku terluka setiap kali kulihat tasbih dalam genggaman dan shalawat terlantun indah dari bibirmu, sementara salib melingkar manis dileherku dan jutaan doa bapa kami membuncah melalui mulutku. Seolah keadaan ingin menyadarkan dengan tamparannya, bahwa beda adalah satu-satunya alasan mengapa kita sampai detik ini tak diizinkan bersama.

Aku mencintaimu dengan semua perbedaan. Sama ataupun tidak imanmu denganku aku tetap mendoakan mu dalam heningnya malamku. Tak perduli semua orang berkata tidak, aku hanya tahu bahwa aku mencintaimu.

“Kumohon bertahanlah demi kita, aku tak ingin melepasmu.” Itulah ucapmu padaku. Andai kamu tahu aku bahkan menginginkanmu melebihi diriku sendiri. Tak perlu memohon. Aku sendiripun masih ingin disini. Menggenggam tanganmu dan mencari bahagia bersamamu.

Kudengar Tuhanmu sangat mencintaimu. Bisakah aku meminta dia merelakan satu umatnya ini untukku? Percayalah. Aku tak akan mengecewakan-Nya. Dengan hidupku, akan kubahagiakan kamu. Meski tak akan kupaksa kamu membaca kitab yang sama denganku, asal bisa bersamamu kurasa itu sudah mewakili semuanya.

Kamu sendiripun pernah bertanya “Ku dengar Tuhanmu sangat mengasihimu. Bahkan rela mati untuk menyelamatkan kamu. Kalau begitu maukah Dia sedikit berbaik hati padaku untuk merelakanmu? Percayalah, aku akan mengimamimu sepanjang hidupku.” Sungguh, aku sangat menginginkannya!

Inilah kami yang hanya berniat untuk saling membahagiakan. Mengapa cinta dihadirkan bila hanya untuk memisahkan mereka yang masih ingin saling mempertahankan? Kalau Engkau memang tak ingin melihat kami bersama, kenapa tak lantas Kau biarkan aku temukan alasan untuk meninggalkannya? Kenapa Kau membuat dia sedemikian sempurna untukku?

Benarkan Tuhan? Tak ada seorangpun yang berhak menyalahkan kami. Aku sendiripun tak ingin menjalani ini semua. Tapi apa daya bila cinta justru hadir karena senyumnya. Dia yang kata “mereka" tak layak kucinta, kenapa jadi yang paling sulit buatku menyerah.

Andai takdir pertemuan dapat diatur. Mungkin aku sendiripun tak ingin bertemu dengan siapapun yang tak dilahirkan untuk memiliku selamanya. Tapi aku bisa apa? Justru pertemuan pertama kita yang membuat aku merasa lebih percaya pada kuasa Sang Pencipta. Karena keajaiban cinta yang dihadirkan-Nya bagi kami berdua.

Bukankah cinta itu anugerah? Lantas kenapa mereka selalu memicingkan mata saat aku tertawa bersamamu? Mengapa mereka memarahiku saat kamu mengantarkku sampai gerbang gereja? Kenapa mereka menghujatku saat aku menunggumu dimasjid? Kenapa mereka tak lebih dulu berusaha untuk memahami?

Bahagia ataupun sedihnya kami sama sekali bukan bagian kalian. Ini pilihan kami. Biarkan Tuhan sendiri yang akan pisahkan kami dengan cara-Nya bila memang itu takdirnya. Kalian tak perlu lelah-lelah mempersalahkan apa yang telah kami putuskan.

Dan untukmu kumohon bersabarlah sayang.. Sang Esa jauh lebih tahu apa yang terbaik bagi kita. Bila memang tak harus bersama. Dengan pernah memilikimupun aku sudah cukup bahagia.



Dari aku, yang mereka katakan tak layak mengisi hidupmu.