Monday, December 28, 2015

Untuk ayah dan ibu, maaf bila tahun ini tak bisa habis ku lunasi rasa rindumu.

Jangan tanya apa aku tak punya rasa rindu. Melihat sesama teman perantau sudah mengabadikan foto mereka dengan keluargapun sudah cukup membuat hatiku makin hancur saja rasanya. Tapi mau dikatakan apalagi, bila berbagai masalah justru mengikat kakiku disini. Tapi tenang saja, dalam diam kutitipkan salam dan jutaan rinduku pada Tuhan. Ku mohon agar Dia tetap menjaga saat aku tak ada didekat kalian.

Jangan sedih ayah dan ibu, biarkan sejenak rasa rindu mengajarkan kita tentang arti pentingnya kata temu. Agar tak lantas ku sia-siakan tiap detik yang diijinkan Tuhan Saat nanti kita bisa saling bertatapan. Tak perlulah berpikir macam-macam apalagi merasa jakarta membuatku tak lagi punya cinta bagi kalian, Karena sungguh, aku selalu merindukan kalian, bahkan didetik pertama perpisahan kita tahun lalu. 

Aku hanya tak ingin cengeng dihadapan kalian, agar kalian tak perlu menghabiskan hari-hari kalian disana dengan rasa khawatir karena mengingat wajahku yang bersimbah airmata. Aku putri pertamamu, tak akan kalah dengan kerasnya pertarungan dunia. Seberapapun kerasnya mereka menyematkan predikat bagi jakarta. Sungguh, aku tak akan kalah. Jadi tenanglah ayah dan ibu tercinta. Aku baik-baik saja.

Maaf bila tahun ini aku hanya bisa menyapa lewat telepon saja. Padahal aku begitu rindu mencium punggung tangan kalian. Memeluk kalian untuk menumpahkan semua rindu yang kuikat didada. Tapi aku yakin kalau kalian tahu ini yang terbaik bagi kita. Ada mimpi yang harus kulunasi disini. Ada harapan yang telah kalian letakan dipundakku dan harus ku selesaikan dengan segera. Jadi percayalah aku tak pernah lupa untuk tetap mencintai kalian berdua.

Mungkin nanti entah kapanpun itu, kita bisa bertemu dalam rindu yang tak terbantahkan lagi. Maka kumohon sampai waktu itu tiba tetaplah sehat-sehat saja. Agar tenang hatiku menganyam mimpi yang membanggakan kalian berdua. Jangan lupa untuk selalu menjadikanku bahan perbincangan kalian dengan Yang Esa. Agar restunya bisa selalu menaungi hidupku dimanapun aku berada. 

Kumohon ayah ibu, sampai waktunya tiba dan kita bisa berjumpa, jaga selalu kesehatan kalian berdua. Peluk rinduku ayah ibu. Kiranya Tuhan selalu menyertaimu.



Dari aku,

Putri pertamamu yang sedang menabung rindu.



"...sampai waktunya tiba dan kita bisa berjumpa, jaga selalu kesehatan kalian berdua." http://www.jawaban.com/read/article/id/2014/09/25/483/140923100930/Pentingnya-Kedekatan-Anak-dan-Orang-Tua




Wednesday, December 16, 2015

Karena ini bukan cuma perihal kapannya, tapi sudah tepatkah orangnya.

Mulai dari sepupu atau teman sekolah yang menikah lebih dulu serta pertanyaan kapan dan dengan siapa selalu saja mengganggu. Tak jarang terlintas dalam pikiran, yang menjalani saya kenapa yang lain harus sibuk-sibuk menggerutu? Tak lupa juga mama papa yang selalu bilang ingin punya cucu. Kadang rasanya ingin lari saja dari kenyataan atau bersembunyi sejauh-jauhnya agar tak perlu sering-sering bertemu dengan mereka yang benar-benar tak tahu apa isi kepala dan hatimu. 

Puluhan resepsi yang kalian hadiri, terkadang memancing tanda tanya dalam hati yang belum juga bertemu dengan jawabannya. Saya kapan yah? Dengan orang seperti apa atau pesta yang bagaimana? Kamu benar-benar tak tahu harus pergi kemana untuk bisa tahu jawabannya apa. Hanya bisa berdoa. Dalam hati dengan diam bertanya pada Yang Kuasa. Kamu jadi lebih sering membicarakan hal ini dalam rentetan doa.

Padahal saat ini, sendiri juga bukan perkara sulit untuk kamu lewati. Kamu mandiri dan kuat menghadapi hidup meski tanpa kisah cinta yang tak jauh dengan drama. Kamu bahagia meski kemana-mana tak ada laki-laki yang menemani. Kamu bebas merdeka menjalani hidup sesuai dengan rancangan yang kamu bina. Tapi, pertanyaan kapan nikah dari mereka yang tak tahu apa-apa tak pelak justru berperan penting melahirkan rasa khawatir. Kadang kamu justru mulai merasa ragu pada diri sendiri. Apa yang salah dengan diri ini. Kenapa tak kunjung dihadirkan dia yang pada hatinya cinta dapat kamu sandarkan sampai ujung usia.

Andai mereka mau sedikit saja santai dan menerima. Mungkin kamu tak harus bingung-bingung berhadapan dengan kenyataan yang tak sesuai dengan harapan. Memangnya wanita mana yang tak ingin menikah? Wanita mana yang tak ingin menghabiskan hidupnya dengan pria yang nama belakangnya disandang olehmu selamanya? Wanita mana yang tak ingin jadi sempurna dengan panggilan mama? 

Harapanmu sama seperti wanita pada umumnya bukan? Tak ada yang berbeda hanya waktunya saja yang belum tiba. Hanya mungkin Tuhan yang belum berkata ya. Masih ada sedikit waktu yang harus kamu gunakan untuk menunggu. Memperbaiki diri dan menyiapkan hati bagi dia yang restu Tuhan telah dikantongi. Jadi tak perlu khawatir tentang apapun yang orang lain katakan atau tentang seperti apapun penilaian mereka pada caramu memandang hidup. 

Karena pernikahan bukan tentang sekarang atau kapan-kapan. Tapi tentang menghabiskan sisa hidupmu bersama dia yang memang dipilihkan Tuhan. Jadi jangan khawatir. Bukannya terlambat, kamu hanya menunggu waktu yang tepat. Dengan dia yang senyum dan restu Tuhan bisa kalian dapatkan. Dengan dia yang akan memperjuangkan bukan hanya ingin diperjuangkan. Padanya yang saat bersama deg-degan mu tak juga menghilang. Kamu dan dia yang sama-sama bangga karena bisa saling mendapatkan. 

Bukankah jauh lebih menyenangkan kalau kamu bisa bertemu, jatuh cinta dan diikat pernikahan dengan orang yang tak main-main dengan perasaan. Selamanya memilih bertahan tanpa ketentuan. Disampingmu dengan setia selalu cinta tanpa syarat apa-apa. Kalau begitu biarkan Tuhan mengambil waktumu lebih panjang dari yang kamu inginkan. Agar bisa dengan matang cintamu dipersiapkan. 

Jadi bersabar sajalah. Karena memang pada hakekatnya jalan Tuhan tak dapat dengan mudah diselami begitu saja oleh setiap hati. Yang pasti semua yang terukir dalam tanganNya, tak pernah berakhir tanpa keindahan. Dia setia dan tak akan meninggalkan. Kamu dan jodohmu, Dia punya aturan sendiri untuk mempertemukan. Jadi jangan bimbang. Karena Dia tak pernah ingkar janji maka harusnya tak ada alasan untukmu berhenti mempercayai. Entah kapan pernikahanmu datang ingat saja, bahwa Tuhan selalu punya waktunya sendiri. Tak pernah terlalu cepat apalagi terlambat. Jadi tetaplah bersabar.

"Pernikahan itu tentang menemukan orang yang tepat, bukan tentang umur." http://katakatamutiarayangbijak.blogspot.co.id/2015/06/kata-kata-mutiara-pernikahan-edisi-terbaru.html

Thursday, December 10, 2015

Tentang sakit yang dulu kuabaikan, tentang satu nama yang dulu selalu kuperjuangkan.

Dan lagi, hujan kali ini membawaku pada ingatan tentang kamu. Sudah lama tak ku dengar kabarmu. Sudah lama sapa yang selalu buat pipiku merah merona menghilang, seakan menguap begitu saja diudara. Aku dan secangkir coklat panas dalam sore ini. Yang dulu kita nikmati bersama dengan manis tanpa suara, kini seakan terasa getir bergelayut dilidah.

Entah ada dibelahan dunia mana kamu saat ini. Atau sedang bertarung memperjuangkan mimpi yang seperti apa, lihatlah masa laluku. Aku merindukanmu. Tentang harapan yang dulu pernah sama-sama kita kumpulkan dan perjuangkan. Tentang rindu yang dulu selalu dengan mudah bisa aku sampaikan. Tentang cinta yang selalu mengarah pasti pada satu hati yang kini seperti tak punya perasaan. Aku menyimpannya rapih dan tak pernah berniat membaginya pada siapapun. Aku juga sama sekali tak pernah berniat membuangnya. Hanya kututup semampuku. Meski Sesekali dia terbuka begitu saja tanpa permisi.

Masih nyata kurasa setiap desirnya. Saat tanganmu mengusap lembut kepalaku. Saat cinta menyapa hangat hatiku. Diantara sekian banyak orang yang datang, kamu mampu menyita jutaan rinduku. Aku mengingat setiap detilnya tanpa terlewat satu barispun. Meski ku tahu kamu mungkin tak akan berhenti disitu. Kamu tak akan seperti aku. Menganggungkan irama yang dulu pernah kita senandungkan bersama. Tapi toh tetap saja, aku masih cinta. Meski tanpa sengaja, aku masih membiarkan tempatmu kosong dalam waktu lama. Hanya untuk jaga-jaga saja, kalau-kalau nanti, entah kapan itu. Kamu pulang dan menyapa kembali hati ini.

Bukan sekali dua kali kurasa dunia menertawai. Saat kamu pergi begitu saja tanpa pamit. Saat ku tahu kamu sudah tak sama lagi. Saat ku tahu kamu medua. Ah sudahlah! toh tetap saja aku masih cinta. Aku memberimu maaf meski tak pernah kamu minta. Aku menunggu meski kamu tak pernah menyuruhku melakukan itu. Siapa yang pantas disalahkan kalau nyatanya hati ini benar-benar tak bisa dengan mudah diketuk cinta yang baru?

Aku sendiripun ingin bahagia bersama cinta yang datang menyapa. Tapi rinduku justru hanya untuk satu nama dan tak bisa dengan mudahnya kuhapus begitu saja. Berkali-kali aku ingin kembali pada kamu yang sosoknya seakan tak dapat kutemukan dalam diri manapun. Tapi kamu malah jadi seperti tempat yang selalu aku rindukan tapi tak dapat lagi aku temui dimana pintunya. Saat dulu aku bisa dengan mudahnya bersandar pada pundakmu, menceritakan semua perasaanku. Kini, bahkan untuk menyapamu saja aku benar-benar tak tahu bagaimana caranya.

Dulu saat menatap foto kita berdua aku selalu senyum-senyum sendiri penuh cinta, Tapi kini rasanya seperti tersayat diluka yang masih menganga, dengan perih yang sejadi-jadinya. Mungkin kamu sudah benar-benar pergi dan memulai cerita baru yang bermacam-macam. Sementara aku masih mengharapkan nama yang sama untuk kehidupan yang akan datang. Kurasa Tuhan saja sudah bosan melihatku yang berusaha memelukmu dalam doa. Menceritakan betapa tak bisanya aku lupa.

Aku masih berharap bisakah aku merubah keputusan Tuhan? Bisakah kutaklukan kamu dalam sujud pada sang Esa? Sungguh, padamu aku masih cinta. Bila nanti entah kapan itu kamu menemukan cinta tempatmu berhenti selamanya. Semoga kamu masih bisa mengingatku meski hanya sebagai serpihan cerita yang pernah kamu sapa dipersimpangan. Paling tidak, aku pernah mendampingimu dalam debat dengan hati tersayat. Wanita ini dalam luka pernah bertahan mati-matian membuatmu nyaman. Aku pernah mempertahankanmu dalam segala kepayahan.

Semoga kelak aku juga bisa bahagia dalam cinta yang tak pernah berniat meninggalkan. Meski terluka aku berharap bisa pulih dan belajar mengikhlaskan. Karena Bukankah ada Tuhan selalu mahir dalam urusan pemulihan? Maka berlalulah masa laluku. Meski butuh waktu panjang untuk melupakanmu, bukankah selalu ada kemungkinan cinta yang baru hadir dan membahagiakan? Jadi, aku akan terus mengupayakan bahagiaku dalam kesabaran. Tuhan pasti tak akan tutup mata dalam setiap harapan. 

"Kini setelah kamu sendiri, camkan dilingkar kepalamu bahwa kamu tak bisa lagi mengandalkannya." http://umiabie.com/5710/ada-cinta-baru-yang-menunggumu-di-ujung-sana-percayalah-sakit-hati-ini-hanya-sementara/