Wednesday, May 11, 2016

Untukmu yang Terpekat Namun Selalu Melekat

Dalam gelap hening malam yang kelabu
aku, bagai gadis malang duduk sendiri termangu menahan rindu
tentang cinta yang dulu selalu meretas pilu
kamu, lamunan yang tak dapat buyar meski aku tak sedang melamunkanmu

sementara kamu berdiri disana menjejalkan banyak keresahan
peluk ini terbuka namun beku dalam udara
kamu tak lagi bisa kuhampiri seperti sebelum-sebelumnya
rasa perih memenuhi dada, saat kamu tersenyum tapi bukan lagi untukku 

ada luka menganga didalam hati paling kelam
entah cinta atau hanya terbiasa
yang pasti pergimu cukup jadi hal paling menyakiti
kita yang dulu selalu duduk bersama
kenapa untuk hari ini, meski hanya sekedar bertanya kabar
bibir terasa tak dapat bicara, bagai balita yang baru mengenal kata

aku mengagumimu dalam kebodohan
bagai pantai merindukan ombak saat surut melanda lautan
ada bisik yang begitu membuatku ingin kembali menyentuhmu
kamu dihadapanku tapi kaki tak bisa berlari merengkuhmu

lelah aku dengan bayangmu, meski berkali-kali ku tunggu kamu pulang
nyatanya aku hanya pantai yang sesekali disentuh pesonamu
kita masih punya jumpa, tapi bukan lagi untuk bersatu dalam rasa
namun meski begitu, berkali-kali kutanya hati
jawabnya tetap sama, 
kamu masih jadi puisi yang tak sanggup kuselesaikan
dan alasan teratas dalam setiap kegelisahan

meski begitu kuharap Tuhan tak akan bosan
karena selalu dengan redup kusapa namamu dalam doa
sungguh, dengan ringkih aku tahu 
dada ini selalu menyimpan rinduku, 
untukmu.


"Athazagora." http://www.ceritamu.com/cerita/Orang-patah-hati-biasanya-mengalami-athazagoraphobia




No comments:

Post a Comment